Tren Berjalan Kaki dan Bersepeda Untuk Cegah Perubahan Iklim
Jakartakita.com – Berjalan kaki dan bersepeda kini telah menjadi tren ditengah masyarakat, walau di masa pandemi.
Tak hanya untuk kesehatan, aktivitas ini juga meluas menjadi aksi perubahan iklim secara kolektif.
Hal itu, salah satunya yang terjadi pada Abiyi Yahya Hakim dari Pedestrian Coalition (KoPK).
Ia mengatakan pandemi ini menjadi momentum untuk dirinya memikirkan ulang penggunaan sarana mobilisasi yang paling cocok. Bukan saja menyehatkan, tapi juga hemat dan ramah lingkungan.
“Dari kecil sebenarnya kita diajarkan jalan kaki dan sepeda, tapi mobilisasi membentuk budaya berkendaraan yang ternyata bermasalah seperti polusi, gangguan kesehatan, hingga emisi karbon yang meningkat. Masalah ini, buat kita punya kesempatan memikirkan kembali ini semua,” ujar Abiyi dalam Talk Show on Walking and Cycling is the New Trend! Kamis (5/11), yang merupakan rangkaian Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa.
Pengalaman yang sama juga dilakukan Narita Diyanm, yang telah tiga tahun ini menggunakan sepeda untuk menunjang transportasi pekerjaannya sehari-hari.
“Bagi saya, awalnya saya menggunakan sebagai sarana olahraga, tapi karena lebih efisien dan menyehatkan akhirnya saya bersepeda,” katanya.
Dalam aktivitasnya bersepeda, Narita mengungkap, pesepeda perempuan memang saat ini masih memiliki tantangan utamanya soal keamanan.
“Jadi memang traffic itu brutal dan barbar, itu challenge-nya,” imbuhnya.
Lain lagi cerita Dehleezto LS Bendang, seorang pelajar yang menggunakan sepeda untuk transportasinya. Dia mengaku menikmati aktivitas bersepeda hingga menjadikannya sebagai gaya hidup.
“Aku dari kecil sering ke CFD (Car Free Day) dari situ aku terbiasa menggunakan sepeda jarak jauh, kemudian pas SMP ini mulai naik kereta dan angkot. Tapi, lama kelamaan mulai banyak nih yang bawa sepeda lipat di commuter line, ya udah ikutan,” katanya.
Tidak hanya bersepeda, aktivitas jalan kaki juga menjadi tren yang kini juga mulai banyak diminati masyarakat. Termasuk yang dilakukan oleh Theresia Tarigan dari KPKS Semarang.
Ia mengatakan, berjalan kaki memang kini menjadi gaya hidup yang disukai lebih banyak orang. Dari yang sebelumnya dilakukan sendiri atau berkelompok, kini telah ada komunitas pejalan kaki.
Meski begitu, Theresia mengungkap gaya hidup jalan kaki ini masih memiliki tantangan dan dukungan.
Di Semarang, tempatnya tinggal misalnya, masih diperlukan keseriusan pemerintah dalam menertibkan trotoar agar lebih aman bagi pejalan kaki.
“Kenapa berjalan kaki, ya karena seru. Selain itu, juga tidak menyumbang polusi udara dan emisi karbon. Ini sangat penting dalam isu climate change,” pungkasnya.