AS Pangkas Tarif Impor Jadi 10% untuk Indonesia Selama 90 Hari: Angin Segar atau Sekadar Jeda?
Tiket Pesawat Murah Airy
Jakartakita.com – Jakarta, 10 April 2025 – Dalam langkah mengejutkan, Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump mengumumkan penangguhan tarif tambahan yang sebelumnya direncanakan. Kini, tarif impor untuk produk Indonesia dipangkas menjadi 10%, berlaku selama 90 hari ke depan. Kebijakan ini disambut positif sebagai peluang strategis bagi peningkatan ekspor nasional, namun banyak pihak juga mempertanyakan: apakah ini benar-benar solusi jangka panjang atau hanya sekadar jeda?
Dampak Potensial terhadap Ekonomi Indonesia
Pernyataan resmi datang dari Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, yang menyebut bahwa tarif tambahan dari AS sebelumnya diproyeksikan dapat memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,3 hingga 0,5 poin persentase. Pernyataan ini disampaikan pada 10 April 2025, dalam wawancara dengan Reuters saat menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN di Malaysia.
“Jika tarif tambahan itu benar-benar berlaku, kami melihat dampaknya bisa signifikan terhadap kinerja ekspor dan pertumbuhan PDB Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Sumber: Reuters – 10 April 2025
Dengan adanya jeda tarif ini, Indonesia punya ruang untuk meredam potensi dampak negatif dan memperkuat posisi dalam negosiasi berikutnya.
Langkah Strategis Pemerintah
Menanggapi kondisi ini, pemerintah Indonesia telah menyusun strategi responsif:

- Pengurangan Pajak Impor: Barang-barang dari AS seperti baja dan elektronik akan dikenakan tarif yang lebih rendah, antara 0% hingga 5%.
- Peningkatan Impor dari AS: Direncanakan pembelian LNG, LPG, dan kedelai dari AS sebagai bagian dari strategi negosiasi timbal balik.
- Delegasi Diplomasi: Indonesia akan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington pada 17 April 2025 untuk melanjutkan perundingan dagang jangka panjang.
Sektor yang Mendapat Angin Segar
Pelaku usaha di sektor tekstil, furnitur, makanan olahan, dan komoditas pertanian menyambut baik penurunan tarif ini. Mereka melihat peluang untuk merebut kembali pasar ekspor yang sebelumnya menyusut akibat tarif tinggi.
Namun waktu yang tersedia cukup singkat. Para eksportir ditantang untuk bergerak cepat, menyiapkan stok, memperluas kapasitas produksi, dan merancang strategi promosi ke pasar Amerika.
Sekadar Jeda atau Awal Baru?
Meskipun kebijakan ini tampak menguntungkan, banyak analis menilai bahwa kebijakan ini bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung dari hasil negosiasi dan posisi geopolitik global. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, tarif tinggi bisa kembali diberlakukan setelah periode 90 hari berakhir.
Penurunan tarif impor AS menjadi 10% bagi Indonesia adalah peluang nyata—namun juga ujian. Apakah ini akan menjadi awal dari hubungan dagang yang lebih adil dan stabil, atau sekadar istirahat sebelum tekanan baru muncul, sangat tergantung pada strategi Indonesia dalam 3 bulan ke depan.