YKI Ajak Masyarakat Peduli & Lakukan Deteksi Dini Kanker Kulit
Jakartakita.com – Dalam rangka memperingati Bulan Kanker Kulit, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menggelar Seminar bertajuk ‘Peduli Kanker Kulit’ di Gedung Sasana Marsudi Husada, YKI, Jakarta Selatan, Sabtu (04/5).
Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat meningkatkan pemahaman dan kepeduliannya dalam upaya pencegahan terhadap kanker kulit dengan menghadirkan pembicara DR. Dr. Aida SD Hoemardani, SpKK(K), Dr. Jeffry Beta Tenggara, SpPD-KHOM, dan DR. Dr. Fiastuti I. Witjaksono, SpGK, serta Penanggung Jawab Klinik Utama dan Rumah Singgah Sasana Marsudi Husada YKI Dr. Rebecca Angka, M. Biomed.
“Sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap kanker kulit, karena penyakit ini dapat tumbuh pada bagian manapun di kulit tubuh, dan masyarakat cenderung mengabaikannya, karena kerap diasosiasikan dengan penyakit kulit biasa, padahal penyakit ini dapat merenggut jiwa,” terang Penanggung Jawab Klinik Utama dan Rumah Singgah Sasana Marsudi Husada (SMH), Dr. Rebecca Angka, M.Biomed, dalam siaran pers Senin (06/5).
Menurut data Globocan 2018, terdapat 1392 kasus baru kanker kulit melanoma di Indonesia dengan 797 kematian.
“Jumlah kasus baru kanker kulit melanoma maupun kematian yang diakibatkan tidaklah sedikit, sehingga sangatlah penting untuk melakukan deteksi dini kanker kulit dengan terus memperhatikan perubahan yang terjadi pada kulit, dan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan medis yang benar,” ujar Dr. Rebecca Angka, M.Biomed.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pembelahan sel abnormal yang tidak terkendali pada bagian tubuh tertentu. Kulit merupakan lapisan tubuh terluar yang mempunyai tiga lapisan. Setiap lapisan terdiri atas beberapa sel yang masing-masing dapat menjadi kanker kulit apabila terdapat faktor genetik dan faktor lingkungan yang berinteraksi.
Faktor lingkungan yang terkenal menyebabkan kanker kulit adalah sinar matahari (sinar ultraviolet), namun juga zat kimia, virus, trauma dan lain-lain.
Adapun faktor genetik adalah gen-gen yang terdapat dalam badan kita yang dapat diturunkan.
Adapun DR. Dr. Aida SD Hoemardani, SpKK(K), dari RS Kanker Dharmais menjelaskan, tentang cara mencegah agar kulit kita tidak terkena kanker kulit yang meliputi pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer adalah menghindari sinar matahari dengan jalan berlindung pada saat matahari bersinar yaitu antara jam 09.00-16.00, misalnya dengan memakai payung atau topi, mengenakan baju tertutup dan menggunakan sunscreen (tabir surya).
Untuk menghindari faktor trauma pada telapak kaki dianjurkan penggunaan alas kaki misalnya sandal atau sepatu.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mengangkat kelainan kulit yang diduga dapat berkembang menjadi kanker.
Untuk mengetahui apakah ada kelainan kulit dilakukan pemeriksaan kulit sendiri atau SAKURI ke seluruh tubuh mulai dari kulit kepala sampai ke telapak kaki.
“Melalui pencegahan primer dan sekunder, kelainan kulit yang dapat dilihat adalah bercak atau benjolan yang makin lama makin membesar; benjolan yang mudah berdarah; benjolan dengan luka yang tidak sembuh-sembuh, dan kelainan kulit dengan gejala ABCDE untuk kanker kulit melanoma,” jelas DR. Aida.
Gejala ABCDE adalah kepanjangan dari kelainan kulit yang (A) Asimetris; (B) Border atau tepi tidak teratur; (C) Color atau warna bermacam-macam; (D) Diameter lebih dari 6 mm atau difference (berbeda dari kelainan kulit yang lain); dan (E) Elevation yaitu meninggi atau evolving (berkembang).
Sesudah ditemukan kelainan kulit yang mencurigakan maka kelainan tersebut dapat dikonfirmasi kepada dokter kulit yang akan memeriksa dengan pemeriksaan dermoskopi.
“Pemeriksaan dermoskopi diperlukan untuk menentukan kelainan tersebut apakah jinak, potensial menyebabkan kanker kulit ataupun ganas. Bila diperkirakan potensial berkembang menjadi kanker kulit maka kelainan tersebut dapat diobati misalnya dengan obat-obatan topikal atau mengangkat dengan bedah listrik, bedah beku maupun bedah pisau ataupun laser, dan bila ganas, maka kelainan tersebut akan ditangani sebagai kanker kulit,” jelas DR. Aida.
Sementara itu, DR. Dr. Fiastuti I. Witjaksono, SpGK menyampaikan, “Pola makan yang tepat saat puasa dapat membantu tetap terpenuhinya kebutuhan pasien agar tetap sehat dan fit.”
Di akhir acara, para pembicara kembali mengingatkan pentingnya pencegahan kanker kulit dengan melakukan deteksi dini, baik dengan melakukan pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
“Masyarakat perlu selalu menyadari bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati,” tutup Dr. Rebecca Angka, M.Biomed.