Combiphar Rekomendasikan Penanganan Yang Tepat Saat Terjadi Luka Bakar Di Rumah
Jakartakita.com – Selama masa PSBB dan masa transisi new normal saat ini, terjadi peningkatan kegiatan di rumah sebesar 10%.
Tentunya ada banyak dampak positif dari kegiatan yang dilakukan di rumah, namun tanpa disadari hal ini juga mengakibatkan peningkatan risiko cedera, salah satunya cedera luka bakar.
Menyikapi hal ini, PT Combiphar, perusahaan nasional di bidang Consumer Health, berbagi informasi mengenai cara menghindari risiko luka bakar serta pertolongan pertama saat terjadi luka bakar di rumah.
Menurut dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar, jika ditelaah lebih dalam, penyebab paling umum dari cedera luka bakar adalah api, benda panas, listrik, dan zat kimia.
Perbedaan penyebab dan tingkat luka bakar, tentu saja berpengaruh terhadap cara penanganan.
Agar luka tidak menjadi lebih parah, diperlukan penanganan yang tepat.
Sayangnya, masyarakat seringkali keliru dalam melakukan tindakan penanganan pada luka bakar ringan saat di rumah, seperti mengoleskan kecap dan pasta gigi. Hal ini justru akan memperburuk luka bakar, meningkatkan kemungkinan infeksi dan menimbulkan jaringan parut.
“Penanganan yang aman dan efektif di rumah bagi luka bakar ringan adalah dengan membasuh area yang terkena luka bakar dengan air mengalir selama 10-20 menit, kemudian oleskan salep luka bakar secara tipis dengan ketebalan sekitar 1 mm, setiap 4-6 jam,” jelasnya, dalam siaran pers, Kamis (23/7).
“Penting bagi setiap masyarakat untuk memastikan ada salep luka bakar di kotak P3K di rumah. Salep untuk mengobati luka bakar sebaiknya memiliki kandungan yang berfungsi sebagai anti radang, anti mikrobial serta dapat membantu regenerasi jaringan kulit baru,” tambahnya.
Untuk itu, lanjut dia, Mebo – salep luka bakar keluaran Combiphar memiliki semua keunggulan tersebut. Selain mengandung 3 bahan herbal: Phellodendri chinensis, Coptidis rhizome, dan Scutellariae radix, Mebo juga memiliki kandungan minyak wijen dan beeswax yang berfungsi untuk memberikan kelembapan pada area luka, menyerap sisa panas sehingga akan membantu mengurangi tingkat keparahan luka.
Di kesempatan yang sama, Weitarsa Hendarto, Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar menambahkan, di masa PSBB transisi ini, masyarakat tetap waspada dalam beraktifitas di luar, karena risiko penyebaran virus masih tetap tinggi.
Akibatnya, tren berkegiatan di rumah pun masih tetap akan tinggi. Banyak orang menemukan hobi baru yang bisa dilakukan di rumah, misalnya memasak atau membuat kue.
“Jadi, tanpa kita sadari, kegiatan sehari-hari seperti memasak, membuat kopi atau teh, mandi dengan air hangat, mengeringkan rambut dengan hair dryer berpotensi menimbulkan luka bakar, jika tidak kita lakukan dengan cara aman. Bahkan, sebagian besar luka bakar terjadi di rumah,” kata Weitarsa Hendarso.
“Bagi Combiphar, tindakan pencegahan jauh lebih penting daripada mengobati. Untuk itu tetaplah waspada walau hanya berkegiatan di rumah, karena memprioritaskan keamanan dan keselamatan memiliki dampak besar bagi seluruh anggota keluarga,” tandas Weitarsa.
Menurut data Riskesdas 2018, angka kasus luka bakar menempati urutan ke-5 jenis cedera tidak sengaja dan secara keseluruhan mengalami kenaikan 0.6% menjadi 1.3% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3 juta kasus.