Film Trinil: Kembalikan Tubuhku Karya Hanung Bramantyo Akan Tayang 4 Januari 2024
Jakartakita.com – Menyelipkan sastra di sajian karya unpredictable dalam sebuah film menjadi andalan tersendiri bagi seorang Sutradara kawakan Hanung Bramantyo. Dia pun mempersembahkan film horor terbarunya berjudul ‘Trinil : Kembalikan Tubuhku, Balekno Gembungku’ dari rumah produksi Dapur Film. Yang mana bekerja sama dengan Seven Sky dan K-Studio.
Film Trinil ini dibintangi oleh Camela Van De Kruk, Rangga Natta, Fattah Amin, Shalom Razade, Wulan Guritno dan lainnya.
“Perlu diketahui bahwa saya adalah orang yang memilih untuk berada di dalam industri. Dan kunci dari film di industri adalah data. Data menunjukkan bahwa genre yang paling populer di seluruh dunia adalah horor dan action. Horor itu termasuk thriller. Action itu termasuk superhero dan sebagainya,” kata Hanung.
Ia mengatakan. Bahwa memang genre horor mampu merajai industri pasar film setelah dua tahun lalu dirajai oleh komedi. “2 tahun yang lalu sebelum pandemic, no 1 itu komedi. Yang kedua horor dan ketiga drama. Baru tahun ini genre pertama adalah horor. Jadi saya memilih horor ya karena begitulah data industri berbicara. Kenapa saya berbicara data? Karena data berhubungan dengan uang. Data berhubungan dengan kapital. Nah sekarang bukan persoalan kita mau mengikuti arus, kita mau mengikuti tren. Oh tidak, bukan soal itu,” jelas Hanung.
Nah saya lebih memilih bahwa saya akan menyediakan sajian yang unpredictable. Ini kesulitan saya ketika saya diminta untuk membuat sinopsis buat teman – teman semuanya. Karena saya akan memberikan sesuatu yang berbeda. Dan ketika saya ungkapkan perbedaan itu akan spoiler,” ungkap Pria lahir Yogyakarta ini.
Sebab, Hanung menyajikan dengan dituangkan pesan moral secara tersirat. “Pesan moral itu selalu ada di film China, Korea dan Asia lainnya seperti Train to Busan. Nah karena penonton kita seperti Asia kaya Indonesia, Brunei, Singapore dan Malaysia suka sekali melihat film yang ada valuenya. Karena ini value yang saya berikan adalah hubungan antara ibu dan anak. Itu dari contohnya hubungan Zaskia dan anak saya yang perempuan Sybil. Itu kalau sudah berantem, Oh My God itu kaya Trinil. Itu menarik kan,” tuturnya.
“Biasanya kan kita selalu menampilkan sosok ibu sama anak itu kan penuh dengan cinta, penuh dengan kasih. Nah tapi saya ingin membuat sesuatu yang unpredictable. Ibu sama anak berantem sampai bunuh – bunuhan. Pesan moralnya apa? Ya ibu harus mencintai anaknya, terus bagaimana bapak harus mencintai anak perempuannya, kedekatan bapak sama anak perempuan,” tutur Hanung.
Tentunya hal tersebut mengingat film Trinil menjadi comebacknya ke genre horor setelah sebelumnya merilis Lentera Merah (2006) dan Tragedi Sundel Bolong (2007). Ya setelah 17 tahun berlalu. Cerita film Trinil ini diadaptasinya dari drama radio yang begitu populer di tahun 1980an. Trinil adalah lakon sandiwara radio yang meledak pada tahun 1985. Suara rintihan, ‘Trinil, balekno gembungku’ begitu ikonis dan berasal dari tokoh bernama Mbok Suminten. Hanung mengaku sudah cukup lama tercetus ide untuk menggarap film horor.
Suami Zaskia Adya Mecca itu seolah mendapat ilham ketika melihat situasi di awal pandemi Covid 19 di 2020. Situasi yang memaksa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat tanah air yang mendadak tak harus berdiam diri di rumah dengan ancaman Covid 19. Yang mana dapat merenggut nyawa kapanpun. Melihat situasi yang menyeramkan setiap hari di sekelilingnya, dia mulai berpikir untuk menciptakan film horor tak biasa yang menjual ketakutan. Bukan hanya dari hantu-hantu yang menyeramkan saja melainkan suasana mencekam yang tercipta di setiap adegannya.
Hanung berujar. Konflik ibu dan anak dalam film Trinil sangat berbeda dan menarik. Kendati demikian, Hanung tidak begitu saja mengadopsi drama radio tersebut ke dalam film, melainkan dia hanya mengambil kerangka utama cerita tersebut. “Nah ini dia drama yang membuat keren, drama rebutan cowok sampai bunuh-bunuhan,” tutur Hanung.
“Tapi dengan budget yang tidak besar itu saya berusaha membuat sesuatu yang ideal. Salah satunya itu mereka melakukan reading di lokasi aslinya selama 2 minggu. Jadi mereka saya bawa semua. Ini lokasinya sudah jadi, sudah saya set. Lu masuk. Kebetulan memang lokasinya ada di studio kami, studio Gamplong di Jogja. Saya memanggil mereka sesuai karakter mereka di film. 2 minggu belum syuting ya itu,” ucap Hanung.
Film ini mengisahkan tentang pasutri yang bernama Rara dan Sutan yang kembali ke rumah mereka setelah bulan madu.
Namun setelah kembali, pasutri ini diteror hantu tanpa badan. Rupanya ada sebuah misteri dalam keluarga mereka yang tak terungkap.Sehingga Sutradara Senior ini pun menginisiasi untuk menyelipkan sastra didalamnya agar semakin menarik untuk ditonton. “Saya memang selalu menyelipkan sastra disitu. Buku sastra yang klasik terutama. Di film saya Perempuan Berkalung Sorban, saya selalu menyelipkan buku. Beberapa film berikutnya juga seperti itu. Karena sebetulnya sebagai sebuah set yang memang pas karena keluaran tahun 1977,” ujarnya.
“Tapi saya menghindari netizen yang berkomentar ini itu. Terus kan ketika Indonesia dalam posisi orde baru itu sedang diktator banget, dari 50 partai digerus menjadi 3 partai. Terjadi banyak sekali korban, terutama kaum Islam. Makanya tadi ada headline nya tho, setelah Komunis, maka Islam yang dibantai. Karena itu kemunculan si Pak Kiai disini di ending itu tidak serta merta Kiai pengusir setan, bukan itu. Karena memang pada tahun 1977, kondisi Kiai memang termarjinalkan sekali dan banyak Kiai Ulama dibunuh. Karena kan seharusnya Kiai melakukan perlawanan disitu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Hanung juga menjelaskan. Hampir di beberapa karyanya selalu ada set buku termasuk film karyanya kali ini pun ditampilkan seperti karya Mochtar Lubis dan Pram. “Terus buku – buku kaya Mochtar Lubis, Pak Pram pada saat itu memang menghiasi rumah – rumah yang seperti itu,” tambahnya.
Film Trinil: Kembalikan Tubuhku yang akan tayang serentak di bioskop Seluruh Indonesia pada 4 Januari 2024 mendatang. (Edi Triyono)