Take a fresh look at your lifestyle.

Sudah Seminggu Sampah Menumpuk di Kota Tua

0 1,058

Tiket Pesawat Murah Airy

sampah - kota tua
foto : istimewa

Jakartakita.com – Perkara sampah masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini.

Manajemen pengangkutan dan pengolahan sampah belum terbangun dengan baik. Pada saat bersamaan, produksi sampah belum bisa ditekan sehingga sampah berserakan di ruang-ruang publik.

Dikawasan Kota Tua, misalnya. Sudah seminggu ini, sampah tampak berserakan dan menumpuk di sejumlah titik. Umumnya sampah yang dibuang berbahan plastik. Akibatnya, kawasan Kota Tua terlihat kotor dan kumuh.

Padahal di seputaran kawasan wisata sejarah yang berada di Taman Sari, Jakarta Barat itu, banyak tersedia tempat sampah, termasuk belasan tong sampah animasi.

Fajar (42), salah satu PKL kuliner berdalih, tumpukan sampah itu terjadi lantaran petugas kebersihan tidak rutin mengangkut sampah. Padahal sesuai jadwal, petugas kebersihan harus mengangkut sampah setiap pagi hari.

“Tapi ini sudah hampir satu minggu tidak diangkut, jadinya sampah makin menumpuk,” ujar Fajar, Jumat (17/4/2015).

Camat Tamansari, Paris Limbong mengatakan, bahwa sesuai aturan petugas kebersihan diwajibkan membersihkan dan mengangkut sampah di kawasan Kota Tua setiap hari.

Related Posts
1 daripada 5,326

“Biasanya pengangkutan sampah dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan malam, sehingga kawasan tersebut tetap bersih,” jelas Paris.

Sebagai informasi, untuk penanganan soal sampah, Pemprov DKI mengalokasikan anggaran Rp 1,3 triliun untuk dinas kebersihan. Sebagian besar dana itu dipakai untuk pengangkutan dan pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

Namun demikian, peneliti Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menilai penanganan sampah bukan terletak pada besarnya alokasi anggaran, melainkan pada konsep penanganan yang tepat.

”Penanganan sampah itu sangat terkait dengan masalah sosial. Sayangnya, partisipasi masyarakat minim, begitu pula dengan sumber daya manusia dan prasarana yang ada,” kata Firdaus, belum lama ini.

Sementara itu, Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengklaim, sampah di DKI Jakarta yang diangkut ke Bantargebang berkisar 6.000-6.500 ton per hari. Saat ini tersedia 801 truk, sebanyak 510 truk di antaranya tidak layak pakai.

Sebelumnya, 67 persen pengangkutan sampah dilakukan perusahaan swasta. Namun, per 31 Desember 2013, kontrak kerja sama dengan 24 perusahaan pengangkut sampah dihentikan.

Sejak itu, pengangkutan sampah dilakukan menggunakan truk DKI dan sewaan. Namun, jumlahnya tidak sebanding dengan produksi sampah, baik di permukiman maupun tempat umum lain.

”Ini bukti bahwa DKI sangat bergantung pada swasta. Ketika kerja sama berhenti, pemerintah gamang,” tandas Firdaus.

 


Tinggalkan komen