Ribuan Orang Hadiri Prosesi Korban Kecelakaan Pesawat Tim Chapecoense
Jakartakita.com – Ribuan orang, seperti dilansir ESPN Soccer Minggu (4/12/2016), telah menghadiri prosesi penghormatan terakhir yang berlangsung pada Sabtu (3/12/2016) waktu setempat, kepada para anggota tim sepakbola Brasil Chapecoense yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang di Kolumbia awal pekan.
Sebanyak 71 orang dari 77 orang yang berada dalam pesawat naas tersebut meninggal dunia, termasuk 19 pemain Chapecoense. Saat itu tim Chapecoense tengah dalam perjalanan untuk menjalani pertandingan leg pertama final Copa Sudamericana 2016 di Kolumbia.
Setelah prosesi berlangsung, presiden interim klub Chapecoense Ivan Tozzo menyebutkan kepada Globo bahwa organisasi sepakbola CONMEBOL sebagai penyelenggaran Copa Sudamericana akan menyatakan Chapecoense sebagai juara, lengakp dengan penyerahan uang hadiah.
Sekitar 20.000 orang memenuhi stadion kecil milik Chapecoense saat prosesi berlangsung. Sedangkan puluhan ribu lainnya berada di luar stadion untuk memberikan penghormatan terakhir.
Ribuan orang juga memadati jalan-jalan yang dilalui arak-arakan peti mati para pemain, dari bandara ke stadion. Para tentara menggunakan baret berwarna hitam membawa peti mati-peti mati masuk stadion, melewati tanah berlumpur akibat hujan yang deras melanda kawasan tersebut.
Sebuah tenda di tengah lapangan sepakbola stadion menjadi tempat bersemayamnya peti mati-peti mati tersebut. Di puncak tenda, sebuah kalimat dari lagu resmi klub terpampang. “Dalam kesenangan dan saat-saat sulit, Anda selalu seorang pemenang,” demikian tertulis.
Para keluarga dan teman para pemain yang tekorban menangis dengan sedih di dalam tenda. Banyak dari mereka meratapi peti mati dengan foto korban berada di atasnya.
Presiden Brasil Michel Temer hadir di stadion setelah menyambut kedatangan pesawat pembawa peti mati para korban di bandara. Ia ditemani Presiden FIFA Gianni Infantino.
“Hari ini adalah saat kesakitan dan penderitaan, bukan untuk berbicara. Tak ada kata-kata yang bisa menghilangkan rasa sedih ini,” kata Infantino.
Ketua Asosiasi Sepakbola Brasil Marco Polo Del Nero, sempat memberikan kata sambutan. Tapi mendapat cemoohan, karena ia merupakan tersangka kasus korupsi.
Para penduka yang hadir di stadion lebih memilih untuk memberikan sambutan meriah kepada Tite, pelatih tim nasional Brasil. Tite membawa tim Samba meraih enam kemenangan beruntun dalam masa kepelatihannya.
Ivan Tozzo, presiden interim klub Chapecoense, menyebut bahwa klub akan terus berlanjut. “Tim ini mengajarkan bahwa segalanya adalah mungkin. Kita semua adalah Chapecoense,” ujarnya.
Chapecoense melejit dalam dekade terakhir, berawal dari klub semenjana di Brasil hingga bisa bersaing di Serie A, kompetisi tertinggi sepakbola Brasil, bahkan mencapai final Copa Sudamericana.
Walikota Chapeco, Luciano Buligon, memuji bantuan Kolumbia dalam pemulangan jasad para pemain. Ia juga memuji Atletico Nacional, lawan yang sedianya dihadapi Chapecoense dalam dua partai final Copa Sudamericana.
“Atletico Nacional mengatakan bahwa Chapecoense datang ke Medellin dengan impian, dan pada akhirnya berakhir sebagai legenda. Legenda tak akan pernah mati,” ungkap sang walikota.
Tak terlalu jelas berapa jumlah pasti peti mati yang dibawah ke stadion. Namun diperkirakan jumlahnya sekitar 50 buah. Sebagian besar korban, termasuk 19 pemain, tidak berasal dari Chapeco dan akan dikuburkan di tempat lain.
Setelah prosesi penghormatan terakhir yang berlangsung dua jam selesai, hujan terhenti. Kondisi tersebut memberikan kesempatan para anggota keluarga dan teman korban membentuk lingkaran di tengah lapangan, dengan mengangkat foto para korban sebagai tanda perpisahan terakhir.