Teater Musikal Sinamot Tampilkan Filosofi Pernikahan Adat Batak
Jakartakita.com – Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang punya beragam etnis, suku dan kepercayaan. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan adat istiadat yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.
Salah satunya adalah adat pernikahan yang ditampilkan dalam pementasan musikal.
Seperti yang digelar Galeri Indonesia Kaya bersama Voice of Indonesia dibawah pimpinan Rio Silaen yang menampikan sebuah pertunjukan berjudul ‘Sinamot’, yang berkisah tentang problematika dalam pernikahan Batak.
Pertunjukkan teater musikal ini berlangsung di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, West Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (14/5/2017).
“Rio Silaen adalah seniman yang punya banyak prestasi dan mempunyai visi serta misi yang sejalan dengan Galeri Indonesia Kaya. Upaya Rio dengan memperkenalkan budaya tradisional Batak ke masyarakat luas disambut dengan antusias oleh para penikmat seni,” ucap Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
“Rio Silaen ini mengemas filosofi adat Batak dalam pertunjukan unik yang menampilkan lagu-lagu indah khas Batak dan memakai ulos yang merupakan wastra masyarakat Batak. Pertunjukan Sinamot diharapkan menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan ragam seni dan tradisi yang ada di Indonesia,” sambungnya.
Pertunjukan Sinamot bercerita tentang permasalahan yang terjadi di dalam pernikahan adat Batak.
Sinamot merupakan harga atau uang beli yang diberikan paranak (mempelai lelaki) kepada parboru (mempelai perempuan) kalau ingin menikah. Hal itu merupakan tradisi dan adat dalam pernikahan Batak. Kalau tidak diikuti, terlebih lagi dia suku Batak, maka ia dianggap tidak memiliki adat.
Selama kurang lebih satu jam, para penikmat seni dibuai dengan perjuangan pasangan Bonar dan Lasma dalam merealisasikan cinta dan harapannya.
Pementasan ini didukung oleh sejumlah artis seperti Jajang C Noer, Haikal ‘AFI’ Nasution, Gita Bebhita dan Rita Matumona.
Selain cerita yang sarat dengan makna dan filosofi yang melekat pada masyarakat Batak, pertunjukan ini juga menampilkan lantunan lagu-lagu indah Batak, seperti Tano Batak, Sengko, Sapele, Sijapang, SaiAnju, Sinamot, dan banyak lagi lagu lainnya.
“Cerita ini diambil dari realita dalam menerapkan adat istiadat dan cukup banyak terjadi di kalangan orang Batak. Impian sepasang anak manusia bisa berakhir hanya karena pihak laki-laki dengan pihak perempuan tidak berhasil menyepakati sinamot. Semoga cerita pementasan ini bisa tmenginspirasi penonton untuk terus berjuang demi mencapai keinginan dan cita-cita yang mereka inginkan,” tutur Rio Silaen. (Don William)