Sekitar 250 peserta yang terdiri dari praktisi riset vaksin dalam dan luar negeri juga turut hadir memeriahkan acara. Sebagai pembicara, antara lain; Iskandar, Direktur Utama Bio Farma, Trihono, Kepala Balitbangkes, Julie Bines, Murdoch Children Research Institute (MCRI) – Australia, Keiko Udaka, Dept of Immunology School of Medicine Kochi University dan banyak lagi pembicara lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.
Iskandar, Direktur Utama Bio Farma mengatakan, lewat FRVN ke-3 ini diharapkan dapat terjalin kolaborasi antara industri, pemerintah dan perguruan tinggi untuk membangun komitmen bersama menuju kemandirian riset dan produksi vaksin nasional serta mendorong percepatan penelitian agar hasilnya dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Di ajang kali ini juga terdapat 12 kelompok kerja (working group) yang masing-masing membahas Rotavirus, Dengue, Malaria, TB, HIV, Influenza, Pnemococcus, Kebijakan, Hepatitis B, Stem Cell, HPV dan Eritropoietin,” katanya disela-sela acara jumpa pers di Hotel Ciputra Jakarta, Selasa (2/7) siang.
Ditambahkan, FVRN ke-3 juga diharapkan dapat mempercepat proses pencapaian target MDGs dalam hal pengendalian penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS, TB dan Malaria yang termasuk ke dalam jenis Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Bio Farma sendiri, sambungnya, sebagai satu-satunya pemain vaksin nasional telah menghasilkan banyak vaksin baru seiring kondisi terkini epidemiologi penyakit di masyarakat. Salah satunya adalah vaksin flu burung (H5N1). Saat ini, produk Bio Farma sudah digunakan dan dipasarkan di lebih dari 123 negara di dunia, baik yang dilakukan langsung, maupun melalui berbagai lembaga seperti UNICEF.
“Sebagai strategi dalam menggarap pasar, kami menawarkan konsep baru yakni quality by design. Kami juga membeli ‘potongan-potongan’ teknologi dari luar negeri, sebagai strategi dalam menggarap pasar di masa depan,” tandas Iskandar.
Saved as a favorite, I like your website!