Sekilas Tentang Bang Jaki

Namanya  Jaki. Lahir di Jakarta, 23 Februari 1987, dari pasangan bapak Sabeni dan Ibu Rodiah. Sabeni adalah seniman Tanjidor, sedang Rodiah sewaktu masih gadis adalah penari yang lihai menari topeng Betawi. Sabeni dan Rodiah adalah orang Betawi totok yang cinta akan tanah Betawi.

Rupanya cinta saja tidak cukup. Orang Betawi asli yang cinta Betawi lambat laun mulai tersingkir dari tanahnya sendiri. Ketika kota Jakarta berbenah menjadi semakin cantik dan modern, banyak orang Betawi yang malah hanya menjadi penonton. Tergilas oleh kemajuan kota metropolitan Jakarta.

Budaya Betawi yang sedemikian ‘jumawa’ perlahan tapi pasti mulai kehilangan pamor di tanahnya sendiri. Sabeni yang sejak muda penggiat seni Betawi pun sedih karena kini tak banyak anak muda yang tertarik Tanjidor dan kesenian Betawi lainnya. Itulah mengapa Sabeni menamakan anaknya Jaki, kependekan dari ‘Jakarta Kita’ sebagai bentuk keprihatinannya pada Jakarta yang dicintainya.

Jaki dibesarkan di tengah-tengah keluarga Betawi totok yang sangat mencintai Betawi. Semenjak kecil, Jaki lebih mengenal Si Pitung, ketimbang jagoan bule ‘Superman’. Seperti kebanyakan anak laki-laki Betawi di perkampungan Betawi, Jaki juga belajar pencak silat dan mengaji. Orang Betawi memang sangat memegang teguh nilai-nilai agama.

Sabeni menginginkan Jaki, anak laki satu-satunya, meneruskan usahanya menjaga kesenian Betawi,  agar grup tanjidornya tetap berjalan selepas Sabeni meninggal. Sayangnya, Jaki memiliki ketertarikan lain.

Berbekal kamera tua yang dia beli dari pasar loak, Jaki gemar berpetualang keliling kota Jakarta untuk memotret Jakarta. Hasil fotonya akan dicetak dan dipamerkan ke keluarganya sambil bercerita dengan lancar kemajuan yang sudah diraih oleh Jakarta.

Kegemarannya memotret membuatnya diterima sebagai fotografer di sebuah media. Sekalipun berkumpul bersama orang-orang modern dari berbagai latar belakang. Jaki tetap memegang teguh nilai-nilai Betawi. Terkadang, Jaki sengaja berkeliling kota dengan baju Betawi dan motor butut kebanggaannya.

 Tak hanya memotret, Jaki juga punya kebisaan lain yaitu menggambar. Hasil jepretan dan coretan Jaki lah yang menjadi inspirasi ‘Sketsa Jakarta’. Rubrik Jakartakita yang mencoba mengkritisi Jakarta dengan gaya seorang Jaki, anak muda yang dibesarkan dengan nilai-nilai Betawi yang luhur. Gaya tulisannya santai, Betawi banget, tetapi tetap terlihat kritis dan terpelajar.

Tak hanya menjadi maskot Jakartakita, kolom si Jaki ini juga menjadi nilai jual Jakartakita. Topik-topik yang diangkat di rubrik ini bisa apa aja yang menyentil kehidupan kota Jakarta lengkap dengan foto atau sketsa. Misal: Kisah Bapak Sabeni yang kebingungan bayar parkir di Jalan Sabang (e-money), suka duka jadi jomblo, nasib warga Jakarta yang tinggal di Tanah Merah (KTP), dll.

Nantinya selain komik strip ada juga versi animasi Bang Jaki. Tidak menutup kemungkinan ada versi buku atau malah film si Jaki, yang akan mengalahi kepopuleran ‘Si Doel Anak Sekolahan’.

Setiap ada even Jakartakita. Tokoh si Jaki akan muncul. Lengkap dengan kamera menggantung di leher, baju betawi dan sandal kulit ala si Jampang.

Secara garis besar, Jaki adalah anak Betawi usia 28 tahun, ganteng, fotografer, Jomblo, terpelajar tetapi tetap memegang teguh nilai-nilai Betawi. Karena Jaki adalah anak Betawi totok.

@jakartakitaAnimasiBang JakiBetawikomik strip
Comments (0)
Add Comment