Gambang Kromong Di Komunitas Cina Benteng, Sampai Kapan Tetap Eksis?

Jakartakita.com – Minggu (1/3) siang, cuaca cerah memayungi kawasan sekitar Desa Ranca Gede – Tangerang. Angin yang berhembus pelan semakin membuat sejuk suasana desa yang terlihat masih asri dengan rimbun pepohonan.

Hujan yang kerap muncul di bulan Februari kemarin sepertinya pun tidak akan diminta datang pada saat ini. Justru yang diharapkan kehadirannya adalah para tamu undangan dari yang empunya hajat pernikahan di sudut wilayah ini, yang sedang dirayakan sesuai tradisi Peranakan, yaitu dengan menanggap Gambang Kromong, salah satu kesenian asli suku Betawi.

Dari cerita seorang warga masyarakat yang datang di pesta pernikahan tersebut, diungkapkan bahwa kesenian Gambang Kromong sering ditanggap dalam suatu pesta perkawinan/pernikahan warga di sekitar wilayah Tangerang, untuk mengiringi para tamu yang hendak ngibing Cokek.

Pertunjukan Lenong pun disebut bukan Lenong kalau tidak diiringi Gambang Kromong. “Kalau ngga nanggap Gambang Kromong, kayak bukan lagi hajatan,” ujar warga tersebut.

Singkat kata, Gambang Kromong selalu ditampilkan dan sudah jadi trademark di kalangan komunitas yang sering disebut sebagai Cina Benteng ini.

Di pihak lain, di beberapa wilayah di Kabupaten Tangerang sendiri (yang secara administratif termasuk ke dalam propinsi Banten), cukup banyak perkumpulan Gambang Kromong dan Cokek, sehingga dapat dikatakan masyarakat Tangerang, terutama komunitas Tionghoa Peranakan-nya tak terpisahkan dari Gambang Kromong dan Cokek.

Namun demikian, seperti umumnya tradisi dibelahan dunia lainnya, jika tidak dilestarikan, maka tidak mustahil Gambang Kromong akan hilang ditelan jaman.

Maklum saja, dari yang terlihat di acara hajatan perkawinan tersebut, cuma kalangan yang ‘berumur’ saja yang terlihat menikmati ngibing Cokek serta menikmati lagu-lagu Gambang Kromong yang dinyanyikan para biduannya. Sedangkan kalangan mudanya malah terlihat asyik ngobrol, makan atau menyibukan diri dengan gadget-nya yang ultra modern.

Faktanya, generasi muda sekarang ini cenderung mengabaikan tradisi para leluhur dengan alasan modernisasi. Dalam konteks ini, termasuk generasi muda di wilayah komunitas Cina Benteng tersebut.

Lantas, sampai kapan warga Cina Benteng masih bisa menyaksikan gaya ngibing penyanyi Gambang Kromong/Cokek dan gaya ngibing warga masyarakat, yang lenggak-lenggoknya juga tidak kalah menarik dibanding goyang dumang yang sedang jadi hits?

Entahlah…

 

 

Betawibudayacina bentengcokekgambang kromongkebudayaanngibingranca gedeseni betawiseni budayaseni tradisionalTangerang
Comments (0)
Add Comment