Tim pertama yang terdiri atas lima belas orang akan masuk melalui Jeddah, sementara tim kedua akan masuk melalui Oman.
“Pergerakan kedua tim akan sangat dinamis, bergantung pada kondisi di lapangan. Saat ini, 309 WNI yang dibawa melalui 16 kendaraan sedang dalam perjalanan keluar Yaman melalui jalan darat. Opsi melalui udara, menggunakan pesawat TNI AU merupakan opsi yang paling cepat, namun juga terbatas. Hal ini dikarenakan walau saat ini no-fly zone baru saja diangkat, tidak ada yang tahu kapan pengangkatan no-fly zone akan berakhir,” terang Iqbal.
Indonesia, menurut Iqbal, juga dapat menggunakan opsi kapal laut. Meski opsi kapal laut bukan merupakan opsi yang feasible, mengingat jarak Indonesia-Yaman menggunakan transportasi laut memakan waktu 15 hari, namun Indonesia bisa meminta bantuan India yang berlokasi relatif dekat, atau Tiongkok yang memang mempunyai pangkalan militer di Afrika.
Iqbal bersama Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir juga menjelaskan bahwa evakuasi WNI tidak akan langsung dilakukan ke Indonesia, namun ke wilayah aman di luar Yaman. Kota Salala, Oman akan dijadikan markas untuk tim evakuasi. Salala mempunyai bandara internasional yang relatif aman dan tidak sibuk. Oman sebagai negara netral juga cukup terjamin kestabilannya.
Sebagai penutup, Iqbal menekankan pentingnya untuk melakukan evakuasi selagi dapat dilakukan. “Pemerintah Indonesia berharap bahwa kondisi akan membaik. Namun jika tidak dan konflik menyebar, evakuasi akan semakin sulit dilakukan. Mohon dukungannya untuk program Evakuasi WNI ini,” pungkasnya.