Batavia Bukan Asal Kata Betawi

foto: Istimewa

Jakartakita.com – Selama ini kita mengenal Batavia adalah asal mula kata Betawi, penduduk asli kota Jakarta. Ternyata asal kata Betawi bukanlah ‘plesetan’ dari kata Batavia yang disematkan pada kota Jakarta tempo dahulu.

Batavia merupakan nama Latin dari tanah Batavia pada zaman kekaisaran Romawi. Tanah Batavia didiami oleh suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein. Para ahli sejarah memperkirakan suku tersebut mendiami kota  Nijmegen, Belanda.

Belanda begitu mengagungkan nenek moyangnya yang merupakan keturunan suku Batavia. Hingga Belanda merasa perlu mengabadikan kebesaran nama Batavia di setiap tanah jajahannya, termasuk Jakarta Indonesia.

Setelah berhasil merebut Pelabuhan Jayakarta dari Kesultanan Banten, Belanda pun mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. Sebelum dikuasai oleh Kesultanan Banten, namanya adalah Sunda Kelapa. Pelabuhan ini merupakan salah satu titik perdagangan Kerajaan Sunda. Dari kota pelabuhan inilah VOC mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer dan politiknya di wilayah Nusantara.

Nama Batavia dipakai sejak sekitar tahun 1621 sampai tahun 1942, ketika Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang. Sebagai bagian dari de-Nederlandisasi, nama kota diganti menjadi Jakarta.

foto: istimewa

Tak hanya di Jakarta, Belanda juga menamai koloninya di Suriname dan New York Amerika Serikat.

Penggunaan kata Betawi sebagai suatu suku asli yang mendiami kota Jakarta, mulai populer setelah berdirinya Perkoempoelan Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923. Sehingga dianggap kata Betawi berasal dari kata Batavia yang merupakan pemberian Belanda. Padahal bukan!

Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan sejarawan ada beberapa acuan diantaranya; Pitawi dari bahasa Melayu Polynesia Purba yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batujaya. Sejarawan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks bangunan di Candi Batujaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.

Betawi dari bahasa Melayu Brunei di mana kata “Betawi” digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

Tumbuhan guling Betawi atau cassia glauca, famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata “Betawi” dan “Bekawi” pada penggunaan kosakata “k” dan “t” antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, dan ini biasa terjadi dalam bahasa Melayu, seperti kata tanya apakah atau apatah yang memiliki persamaan makna atau arti.

Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. “Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan” Sehingga Kata “Betawi” bukanlah berasal dari kata “Batavia” yang merupakan nama lama dari Kota Jakarta pada masa Hindia Belanda. Dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.

Jadi kesimpulannya, jauh sebelum Belanda datang ke Jakarta dan menamainya menjadi Batavia. Suku bangsa Betawi sudah lama mendiami kota Jakarta. Bahkan beberapa sumber mengatakan suku Betawi sudah ada jauh pada zaman batu atau masa prasejarah.

BataviaBelandaBetawiCandi BatujayaCassia glaucaDutchjakartaJayakartanew yorkRhein riverRidwan SaidiWeltevreden
Comments (0)
Add Comment