Sanggar Seni Betawi, Mencoba Bertahan di Tengah Arus Globalisasi

Jakartakita.com – Globalisasi yang terjadi sekarang ini sedikit banyak telah mempengaruhi kecintaan masyarakat terhadap budaya tradisional, tak terkecuali bagi masyarakat Jakarta. Bukan tak mungkin, jika hal ini dibiarkan terus menerus maka kesenian tradisional khas Betawi di Jakarta akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Namun untungnya masih ada segelintir orang yang peduli akan keberlangsungan budaya tradisional Betawi, membangun sanggar tari dan musik tradisional. Hal ini dilakukan untuk menanamkan kecintaan masyarakat pada budaya tradisional sejak dini.

Salah satu sanggar budaya Betawi yang masih eksis di Jakarta adalah Sanggar Si Pitung. Sanggar pimpinan putra Betawi asli Bachtiar yang berlokasi di Rawa Belong ini hingga kini masih aktif mempromosikan budaya Betawi. Bahkan paling tidak seminggu sekali, Bachtiar masih mengajar silat cingkrik kepada siapapun yang ingin belajar silat khas Betawi.

Biasanya Bachtiar menggelar latihan di halaman SD 09 Pagi Rawa Belong setiap malam Selasa. Pesertanya kebanyakan anak-anak dan remaja yang tinggal di Rawa Belong.

Tak hanya mengajar silat Cingkring. Bachtiar juga punya grup gambang kromong, kasidah, tanjidor, lenong, dan kesenian Betawi lainnya. Makanya tak heran, rumah sekaligus padepokan si Pitung  di Jalan Yusuf Rt 04 Rw 011 No. 8 di Rawa Belong hampir tak pernah sepi dari orang-orang yang belajar kesenian Betawi.

Tentu saja, mengelola sanggar seni Betawi tidaklah mudah. Semakin tahun, keadaannya bagaikan ‘mati segan, mati pun tak mau’ serba susah. Sedikit sekali orang yang masih peduli akan seni budaya Betawi. Bahkan orang Betawi asli sendiri pun terkadang enggang menggelar hajatan ala Betawi. Alasannya kurang praktis dan cukup mahal. Makanya, ‘penanggap’-nya pun bisa dihitung dengan jari tiap bulannya. Namun, lelaki yang sudah berusia lebih dari setengah abad ini tetap tegar menjalaninya.

Tak hanya membuka kursus seni Betawi dan menerima panggilan seni pertunjukan untuk memeriahkan hajatan ala Betawi. Sanggar Si Pitung juga menjual beraneka ragam cendera mata khas Betawi dari gelang akar bahar, batu cincin hingga golok.

Ingin menggelar pesta Betawi? Jangan khawatir, Sanggar  Si Pitung siap mewujudkan hajatan Betawi yang agung. Dari mulai dekorasi pesta lengkap dengan janur kuningnya, kostum pesta, ondel-ondel, delman hias, arak-arakan khas Betawi lengkap dengan prosesi palang pintu hingga aneka kuliner khas Betawi bisa disediakan oleh Sanggar Si Pitung. Karena dengan cara inilah, sanggar Si Pitung bertahan di era globalisasi.

Karena Bachtiar seringkali tidak memungut bayaran bagi murid-murid silatnya. Bagi Bachtiar sudah mau belajar silat dan kesenian Betawi saja sudah syukur Alhamdulillah. Paling tidak masih ada harapan bagi putra Betawi Rawa Belong ini suatu hari nanti sepeninggalnya kesenian Betawi masih lestari.

Selain Sanggar Si Pitung, di Jakarta dan sekitarnya termasuk Tangerang, Bekasi dan Depok sendiri paling tidak ada 90 sanggar Betawi yang masih eksis. Nasib mereka tak jauh berbeda dengan Sanggar Si Pitung, bahkan banyak yang mati suri karena sepi tawaran manggung. Lagipula sedikit sekali kaum muda yang ingin belajar seni Betawi.

Butuh peran serta aktif dari Pemprov DKI dan masyarakat untuk menjaga sanggar-sanggar Betawi ini tetap hidup di tengah arus globalisasi. Karena kalau mereka satu-persatu dibiarkan mati, bukan tak mungkin suatu hari nanti kesenian Betawi akan menjadi asing di tanahnya sendiri.

Betawikeroncongmarawisondel-ondelseni budayatanjidortari topeng
Comments (1)
Add Comment