Sampai Kapan Jakarta Macet?

foto: istimewa

Jakartakita.com – Sampai kapan jalanan di Jakarta selalu macet, pastinya menjadi pertanyaan di benak banyak orang.

Pasalnya, kemacetan di Ibu Kota Jakarta ibaratnya sudah menjadi kutukan. Hampir di semua sudut jalan mengalami macet. Beragam kebijakan sudah dilakukan pemerintah provinsi Jakarta. Mulai dari penerapan 3 in 1 (three in one) maupun pembuatan jalan layang, tapi tetap saja jalanan di Jakarta masih menjadi arena parkir terpanjang, di jam-jam tertentu. Terakhir, penerapan kebijakan pelarangan sepeda motor melintas jalan utama. Ini pun belum terbukti jadi solusi kemacetan.

Soal penyebab macet, ada juga yang menyebut faktor buruknya infrastruktur jalan di ibukota yang jadi biang kerok kemacetan. Adapun sebagian pihak lain menilai, faktor penyebab macet juga dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat khususnya pengguna kendaraan bermotor untuk memarkirkan kendaraannya di lokasi yang telah disediakan.

Sebagai contoh, razia kendaraan yang dilakukan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (16/4/2015) kemarin, dimana ratusan kendaraan ditindak lantaran parkir tidak pada tempatnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Walikota Jakarta Pusat, Arifin mengatakan, pihaknya berharap masyarakat memiliki kesadaran untuk parkir di tempat yang telah disediakan dan memanfaatkan secara maksimal kantong parkir yang ada seperti di Jalan Kebon Kosong, sehingga tidak terjadi penyempitan yang berakibat arus lalu lintas dikawasan tersebut menjadi tersendat.

“Kalau setiap hari macet seperti seperti ini yang rugi juga masyarakat Tanah Abang, bisa-bisa Tanah Abang ditinggalkan dan saya juga meminta kepada stake holder, pemangku kepentingan ikut peduli,” kata Arifin, Kamis (16/4/2015).

Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Pergaulan Butar-Butar mengatakan, pihaknya akan melakukan penertiban parkir liar secara rutin untuk mengurai kemacetan, terlebih kawasan Tanah Abang termasuk prioritas penataan.

“Tadi ada 389 motor dicabut pentil, 18 dijaring, enam mobil dicabut pentil dan 2 mobil diderek dan ini semua di Tanah Abang saja,” ujarnya.

Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Kemacetan

Secara ekonomi, kemacetan menyebabkan peningkatan waktu tempuh (inefisiensi waktu), biaya transportasi secara signifikan, gangguan yang serius bagi pengangkutan produk-produk ekspor-impor (logistik secara umum), penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi yang sia-sia.

Selain itu, kemacetan pun memberikan dampak yang serius bagi penurunan kualitas lingkungan perkotaan (khususnya tingkat kebisingan dan polusi udara) dan penurunan tingkat kesehatan (misal: pemicu lahirnya berbagai penyakit pernapasan, tekanan psikologis/stress, dsb).

Dalam konteks perubahan iklim (climate change) yang kini tengah menjadi hot topic bagi masyarakat dunia, kemacetan lalu lintas di kota-kota utama dunia telah menjadi salah satu kontributor utama dalam emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfir yang menyebabkan peningkatan temperatur bumi yang signifikan sejak kota-kota tersebut tumbuh pesat.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bappenas tahun 2006 lalu, menunjukkan bahwa kemacetan di Jakarta menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 7 Trilyun/tahun yang dihitung untuk 2 (dua) sektor saja, yakni energi (Rp. 5,57 T/tahun) dan kesehatan (Rp. 1,7 T/tahun). Sementara Yayasan Pelangi memperkirakan kerugian bisa membengkak hingga Rp. 43 Trilyun per tahun akibat menurunnya produktivitas kerja, pemborosan BBM dan pencemaran udara.

Oleh sebab itu, pengalaman mengelola pada kawasan Jabodetabek, seyogyanya menjadi pelajaran yang berharga bagi kawasan metropolitan lain di tanah air, seperti Bandung, Medan, Surabaya, Makassar, dan Denpasar, yang tampaknya dalam beberapa waktu terakhir mulai bergulat dengan persoalan yang sama, yaitu KEMACETAN. (Dari berbagai sumber)

 

 

ibu kota jakartaJabodetabekkemacetan
Comments (0)
Add Comment