“Di beberapa tempat, risiko lebih tinggi terjadi pada tumbukan seismik khususnya pada daerah dengan konstruksi bangunan yang rentan,” kata Hari Kumar, Koordinator Regional Asia Selatan untuk GeoHazards Internasional di Delhi, India.
Kumar menyebutkan bahwa kota-kota di Nepal, serta beberapa di India, Pakistan dan Bhutan, berisiko tinggi terhadap bencana serupa karena aktivitas tektonik, sementara minim kesiapsiagaan.
Sementara menurut Brian Tucker, Presiden GeoHazards, dilansir dari Time, negara Amerika Serikat, Selandia Baru, Jepang, Turki khususnya dan Chili juga dalam risiko tinggi dengan pertemuan lempeng tektonik yang terus bergerak saling menekan.
Namun, negara-negara tersebut telah mengambil langkah-langkah persiapan, baik dari segi infrastruktur bangunan dan mendidik masyarakat terkait mitigasi bencana.
Sementara itu daerah yang menurutnya belum siap dalam menghadapi gempa besar adalah seperti di Teheran Iran, Karachi Pakistan, Padang Indonesia dan Lima Peru.
“Jika Anda meminta saya untuk memprediksi di mana gempa besar berikutnya akan terjadi, bukti terkuat adalah di lepas pantai Sumatera,” kata Tucker.
Di balik itu, kondisi bangunan seperti sekolah dan rumah sakit dan bangunan milik swasta harus mengikuti standar keamanan gempa, guna meminimalisasi dampak yang dapatt ditumbulkan dari ancaman tersebut
Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto menyebutkan jika berbicara soal gempa dan tsunami, maka wilayah Sumatera Barat termasuk salah satu kawasan yang menjadi menjadi prioritas utama.
“Dari dulu kan memang begitu, prediksi pakar banyak yang menyebutkan Sumbar memiliki potensi besar, hanya saja yang perlu diingat, seluruh wilayah Indonesia itu ada megathrust yang dapat memicu gempa besar dan tsunami. Jadi bukan hanya Sumbar saja”tegasnya.