Jakartakita.com – Pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan dilaksanakan akhir tahun 2015. Namun, siapa sangka kalau ternyata tidak hanya Indonesia yang merasa belum siap dengan tantangan MEA tersebut. Negara-negara ASEAN lainnya juga merasakan kekhawatiran yang sama.
Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, kepada Okezone. Menurut Enny, meskipun MEA akan diratifikasi, namun ajang tersebut masih untuk perdagangan. Pasalnya, tidak hanya Indonesia saja yang tidak siap negara ASEAN lainnya juga tidak siap sebenarnya.
Menurut Enny, MEA tidak hanya berkaitan dengan sektor ekonomi saja, tapi ada juga perubahan di struktur sosial, budaya bahkan politik. Dia pun mencontohkan Swiss, yang sebelumnya menjadi negara teraman, namun saat ini negara tersebut terkontaminasi dengan adanya pencurian karena banyak warga asing yang singgah di sana.
Enny bahkan tidak yakin kalau Singapura sudah siap mental kalau negaranya yang selama ini terbilang aman tiba-tiba menjadi rawan pencopetan karena kebanjiran pendatang dari negara ASEAN lainnya.
Itu baru soal keamanan belum soal budaya. Masalah bahasa juga perlu dipikirkan oleh pemerintah Indonesia. Dengan banjirnya pendatang dari negara asing, terutama pasar tenaga kerja, membuat pemerintah Indonesia mau tidak mau harus mulai memikirkan penerapan kewajiban berbahasa bagi tenaga asing. Apakah mesti berbahasa Indonesia atau berbahasa ‘bilingual’.