Jakartakita.com – Minggu (27/12/2015) kemarin, pemerhati anak Seto Mulyadi atau yang lebih dikenal Kak Seto berbagi keceriaan dengan anak-anak di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Acara anak-anak edukatif bertajuk “We Love We Care” merupakan hasil kerja bareng Pemkab Kepulauan Seribu dan KLH Kepulauan Seribu dalamrangka kampanye Gerakan Revolusi Mental bagi anak-anak Kepulauan Seribu.
Acara ini di hadiri antara lain Kepala Kantor Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Seribu Tiur Maida, SH, Msi, Seto Mulyadi, Psikolog dan Pemerhati Anak,Lurah Untung JawaBadri
Lebih dari seratus anak di Pulau Untung Jawa memadati Ruang Terpadu Rahmah Anak RTPRA Amiterdam, mereka bermain ikuti kegiatan bermain dan bernyanyi bersama Kak Seto.
Dalam kegiatan tersebut Seto melibatkan anak-anak untuk berinteraksi dengan permainan dan lagu-lagu yang ia tampilkan. Melihat antusiasme mereka, Seto mengatakan peningkatan mental dan keceriaan anak-anak pulau diperlukan karena secara geografis banyak kemajuan di daerah kepulauan yang tidak seimbang dengan daerah lain di ibukota.
Kak Seto berpendapat bahwa anak-anak perlu dibangun mentalnya dengan dilandasi kebahagian dan keceriaan agar kedepannya anak-anak Indonesia, khususnya anak-anak pulau tidak merasa minder dan putus asa untuk menggapai cita-citanya. Ia merasa sangat kagum dengan antusiasme dan jawaban anak-anak Pulau Untung Jawa ketika ditanyai soal cita-cita.
Sementara itu, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Tiurmaida Hutapea menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membangun mental anak-anak Kepulauan Seribu agar siap menghadapi pengembangan 17 pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu menjadi destinasi berkelas internasional.
Kita bangun mental anak-anak dengan cara-cara sederhana, seperti agar tidak membuang sampah sembarangan, belajar ramah, dan berani menyatakan pendapatnya,” ujar Tiurmaida Hutapea
Diharapkan dapat membuka mata Pemerintah baik Pemprov DKI Jakarta dan pusat terkait kehidupan anak-anak pulau, khususnya dari segi pendidikan.
Kebanyakan anak-anak di Kepulauan Seribu yang masuk dalam kategori pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kesulitan dalam akses untuk bersekolah.
Kepulauan Seribu sendiri hanya memiliki 2 SMA yang berada di Pulau Tidung dan Pulau Pramuka, untuk pulang pergi anak-anak pulau dibutuhkan waktu dan jarak tempuh yang lumayan, itupun belum termasuk ketika ombak besar.
Maka dari penduduk pulau kebanyakan menyekolahkan anak-anak mereka ke daratan, Jakarta dan Tangerang untuk menghemat biaya serta memfokuskan anak dalam tugas sekolahnya karena biasanya anak pulau yang sekolah di Jakarta ataupun Tangerang memilih kos dan pulang ke pulau setiap bulannya.