Jakartakita.com – Tahun Baru Imlek yang selalu dirayakan dengan suka cita oleh warga keturunan Tionghoa ternyata bukan hanya perayaan semata, namun terkandung banyak filosofi dan makna. Makanan yang disajikan saat Imlek pun bukan hanya sekedar sajian khas tanpa makna. Setiap makanan memiliki makna filosofis mendalam yang secara garis besar berisi harapan yang baik pada tahun-tahun mendatang.
Makanan yang disajikan dalam perayaan Imlek adalah makanan-makanan yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur. Salah satu yang wajib disajikan dalam perayaan Imlek adalah beragam jenis buah-buahan yang memiliki makna yang baik. Beberapa buah tersebut antara lain jeruk mandarin, pisang, semangka dan buah pir.
Sebaliknya, ada beberapa buah yang pantang disuguhkan di meja makan saat perayaan Imlek. Buah yang tidak boleh disajikan adalah buah yang memiliki kulit berduri, seperti buah durian dan salak.
Lalu mengapa durian dan salak ‘haram’ disajikan oleh warga Tionghoa saat perayaan Imlek?
Menurut berbagai sumber terpercaya, konon buah-buahan yang memiliki kulit berduri mengandung makna yang buruk. Meski rasanya yang enak, durian dan salak yang memiliki kulit berduri tajam, menurut kepercayaan Tionghoa adalah lambang kesialan, ketidakharmonisan, dan pertikaian.