AS Bakal Berikan SIM Kepada Mesin Google Car, Eksistensi Mesin Tinggal Menunggu Waktu?

foto: Reuter

Jakartakita.com“Aku Berpikir Maka Aku Ada” sebuah ungkapan terkenal filsuf Perancis, Rene Descartes, barangkali akan berlaku juga pada mesin cerdas atau mesin dengan kecerdasan buatan (AI-Artificial Intellegence).

Pasalnya, perkembangan teknologi AI semenjak beberapa tahun belakangan semakin signifikan dan mungkin lebih cepat dari yang dibayangkan oleh Nicola Tesla, ilmuwan Rusia yang pada era 1800-an telah memprediksi kehadiran mesin cerdas ratusan tahun setelah ia wafat.

Belum lama ini Reuters merilis berita yang mengutip pernyataan Regulator Keamanan Lalu Lintas Amerika Serikat soal regulasi tentang mesin pengendara atau mobil nirawak alias yang dikendarai oleh mesin cerdas buatan Google.

Regulator AS itu memberi lampu hijau dan mengatakan pihaknya mungkin bisa saja menerima Google Car–yang menggunakan sistem self driving–sebagai sebuah ‘kendaraan’ dengan ‘pengendara’ konvensional.

“Kami akan menafsirkan pengendara atau ‘driver’ dalam konteks Google sebagai kendaraan bermotor yang dapat mengacu pada sistem self-driving, dan tidak berbeda dengan kendaraan lainnya,” demikian bunyi pernyataan tersebut. Pernyataan ini diyakini banyak pihak membuka peluang ‘pengendara’ mesin buatan google itu akan mendapatkan SIM pengemudi suatu saat kelak.

Sebelumnya, pada 4 Februari, diakui oleh lembaga tersebut, Google melalui anak perusahaannya Alphabet Inc. telah mengajukan proposal desain kendaraan cerdas untuk mendapatkan ijin sebagai kendaraan resmi yang ‘dikendarai’ oleh mesin.

Eksistensi AI, Dari Deep Blue Hingga Skynet

Eksistensi AI sebetulnya telah dimulai sejak berabad lalu. Minimal pada kurun waktu tersebut, manusia sudah mulai memikirkan sebuah mesin yang mampu berpikir sendiri, meskipun secara fisik barangnya belum ada.

Titik penting perkembangan AI dimulai  tahun 1995 saat system neural networks kembali digali dan diperdalam oleh para ahli pemrograman. Neural networks adalah sebuah sistem algoritma (algoritma learning back propagation) yang sebelumnya telah diperkenalkan pada tahun 1969 oleh Bryson and Ho. Neural networks terbukti sukses sebagai system operasi berbasis logika dan dikembangkan oleh banyak perusahaan  waktu itu.

foto : Reuter

Setahun kemudian muncullah mesin cerdas fenomenal yang diberi nama Deep Blue. Demi mengetes kecerdasannya, mesin ini langsung dihadapkan dengan Gary Kasparov dalam pertarungan catur tiga babak dan dilansir oleh ratusan media dari seluruh dunia. Pada saat itu, Kasparov bisa mengungguli Deep Blue. Tapi tahun berikutnya mesin cerdas Deep Blue dibenahi dan hasilnya, mesin ini mempecundangi Kasparov.

Mesin cerdas sejatinya adalah mesin yang memiliki kecerdasan dan dapat mengembangkan diri sendiri. Jika Anda penggemar film jenis Cyborg seperti The Terminator, pasti Anda tahu Skynet. Ya, Skynet digambarkan sebagai mesin cerdas yang mampu berpikir dan mampu meng-evolusi kecerdasannya sendiri. Ketika kecerdasannya mencapai level tertentu, Skynet kemudian menganggap manusia sebagai ancaman dan memerintahkan semua mesin di bawah kendalinya untuk membasmi manusia.

Jika Skynet adalah contoh produk paling canggih sebuah mesin cerdas yang dibuat di film, maka Google Deep Dream yang dirilis Google tahun lalu, diyakini banyak orang sebagai cikal bakal mesin cerdas masa depan yang benar-benar nyata.

Setelah selama bertahun-tahun Google mengajari AI untuk turut merasakan, melihat, dan mendengar manusia, akhirnya muncullah Google Deep Dream. Ini merupakan sistem aplikasi yang mencoba menggambarkan sebuah imaji yang diperintahkan oleh manusia. Dan sampai detik ini, Google Deep Dream masih terus dikembangkan hingga mencapai kecerdasan yang mungkin tidak terbatas.

Lantas pertanyaannya, apakah mesin cerdas seperti dalam film Terminator mungkin terjadi kelak? Menyimak perkembangan mesin cerdas saat ini, rasa-rasanya sulit mengelak dari kemungkinan bahwa  itu bisa menjadi realita di kehidupan kita, entah kapan.

aicerdasgooglekendaraanmesinmobilpengendara
Comments (0)
Add Comment