Tutus Setiawan: Rabaan dan Suara Menjadi Alat Utama Kemandirian

foto: jakartakita.com/ Putri Maretha

Jakartakita.com – Menghadapi dunia yang ‘gelap’ dan stigma di masyarakat yang seringkali membuat hati pedih, Tutus Setiawan, penyandang tunanetra sejak usia delapan tahun, berpikir untuk kemajuan teman-teman sesama tunanetra dengan mendirikan Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) pada tahun 2003. Walaupun sulit, pemuda asal Surabaya ini tidak ingin penyandang tunanetra yang bergantung pada orang lain terus menerus.

Menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 tidak membuat Tutus puas. Ia terus melaksanakan berbagai kegiatan lembaganya dengan penuh semangat. Dibantu dengan empat rekannya, beragam program pendidikan yang dirintis Tutus selama ini terus berjalan.

“Kami menyelenggarakan pelatihan komputer bicara bagi tunanetra, bimbingan belajar bagi siswa-siswi tunanetra di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi, layanan perpustakaan audio, kegiatan outbound untuk anak tunanetra, serta perayaan Hari Braille International melalui studi wisata,” tutur sosok penggagas kegiatan yang kini sudah dirasakan manfaatnya oleh 200 orang tunanetra dan keluarganya, dalam acara Bincang Inspiratif SATU Indonesia di Jakarta, Selasa (8/3/2016).

Peran penting Tutus pun diakui oleh para tunanetra binaan LPT bahwa mereka menjadi semakin mandiri dan termotivasi untuk berani bersaing di tengah masyarakat.

LPTOnno W PurbaSatu Indonesia AwardstunanetraTutus Setiawan
Comments (0)
Add Comment