Jakartakita.com – Berdasarkan data perkembangan uang beredar yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI), posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Februari 2016 tercatat mengalami perlambatan di hampir seluruh segmen.
Adapun total penyaluran kredit pada bulan Februari tahun 2016 ini, tercatat sebesar Rp3.996,6 triliun atau tumbuh 8% secara year on year (y-o-y), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,3% y-o-y.
Lebih rinci, kredit modal kerja (KMK) tercatat sebesar Rp1.825,9 triliun atau tumbuh 4,9% y-o-y lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 6,9% y-o-y.
Pertumbuhan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga mengalami perlambatan pada Februari 2-16. Kredit UMKM tercatat sebesar Rp729 triliun atau tumbuh 10% y-o-y, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10,1% y-o-y.
Sejalan dengan perlambatan kredit produktif, pertumbukan kredit properti juga menunjukkan perlambatan. Posisi kredit pada akhir Februari 2015 tercatat sebesar Rp614 triliun atau tumbuh 11,4% y-o-y, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 11,% y-o-y.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, pertumbuhan kredit yang rendah tersebut, lantaran kondisi pergerakan ekonomi yang masih lambat.
Menurutnya, akan muncul jarak antara kebijakan pelonggaran moneter dan pertumbuhan perekonomian, sehingga dampak pelonggaran moneter tidak bisa langsung dirasakan.
“Memang ada lag dari pelonggaran kebijakan moneter dengan stabilnya kurs terhadap aktivitas ekonomi. Beberapa bulan ke depan, kita bisa lihat peningkatan aktivitas ekonomi,” kata Mirza di Kompleks Bank Indonesia Jakarta, Jumat (1/4/2016) kemarin.
Meskipun demikian, pencairan ABPN pada kuartal I/2016, jelas Mirza, bisa membantu menggeliatkan kembali perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, ia berharap agar pemerintah, khususnya pemerintah daerah, mempercepat pencairan anggaran.
“Pemda-pemda juga harus melakukan deregulasi plus pencairan anggaran yang dipercepat. Itu bisa membantu pertumbuhan ekonomi. Sembari menunggu sektor korporasi dan sektor rumah tangga melakukan aktivitas ekonomi,” tandasnya.