Jakartakita.com – Film “Pantja-Sila: Cita-Cita & Realita” yang menghadirkan sosok Bung Karno (diperankan oleh aktor Tyo Pakusadewo) dari awal hingga akhir cerita, menampilkan keaktoran luar biasa dari seorang pemeran. Baik dalam menghafal teks, melafalkan ungkapan pelbagai bahasa asing, menafsirkan makna dialog, atau membuat gesture dan mimik minimalis.
Fokus film ini memang bukan pada dekor, kostum, aspek sinematografi, tone warna, bahkan tidak juga pada aktor.
Fokus film ini hanyalah pada kata-kata, diksi, intonasi, dan intisari apa yang diucapkan, dan apa yang digelorakan dalam setiap frasa dan parafrasa Bung Karno dalam eksposenya. Teks yang dibunyikan oleh mulut sang aktorlah, yang menjadi bintang dan tokoh utama film ini.
Tino Saroengallo dan Tio Pakusadewo sebagai produser, sutradara, dan aktor, telah menunjukkan kesungguhannya dalam me-rekreasi pidato yang sebelumnya tak pernah direkam baik secara audio maupun visual itu. Beruntunglah mereka menemukan salinan stenografi yang cukup otentik, yang mencatat setiap kata dari Bung Karno di sidang BPUPK. Termasuk parafrase-nya yang sangat kuat dan merupakan salah satu ciri pidato ‘Bapak Pancasila’ itu di mana pun dan kapan pun.
“Ini sebuah film yang patut ditayangkan di seluruh jaringan bioskop, televisi, dan radio serta di pelbagai media sosial lainnya, pada setiap tanggal 1 Juni atau 17 Agustus. Sehingga bangsa ini bisa tetap bersatu, merenungkan kembali jatidirinya, melihat ulang landasannya, memperkokoh ideologinya, dan mengembangkan visinya yang jauh ke depan, untuk mewujudkan apa yang sesungguhnya harus dimiliki oleh sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bangsa yang tidak hanya telah dan harus selalu mengakui dan menghormati perbedaan, tetapi juga bangsa yang harus dan senantiasa meyakini bahwa keberagaman itu hanya punya satu kesamaan tujuan, mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia,” tegas Tio Pakusadewo, di Jakarta, belum lama ini.
Asal tahu saja, film drama dokumenter tentang perjuangan Indonesia ini, merupakan film yang bercerita tentang Ir. Soekarno yang berfokus pada pidato di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato ini, Ir. Soekarno menyampaikan sebuah gagasan dan buah pemikirannya tentang dasar negara Indonesia, Pancasila.
Ir. Soekarno telah mampu meyakinkan semua pihak bahwa kemerdekaan adalah yang utama, di sini dan sekarang, hic et nunc, sementara urusan lain-lain bisa dibangun belakangan. Namun, untuk merdeka dan membentuk sebuah negara, kita harus terlebih dulu memiliki Weltanschauung, pandangan hidup, filosofi bangsa, ideologi negara, yang menjadi landasan bagi apa saja yang kelak akan kita bangun, kita atur, dan kita laksanakan sebagai sebuah bangsa yang berdaulat, setelah kita melewati jembatan emas yang disebut kemerdekaan. Sesuatu yang akhirnya, pada 1 Juni 2016, diakui Negara sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Sutradara : Tio Pakusadewo, Tino Saroengallo
Penulis Skenario : Tio Pakusadewo, Tino Saroengallo
Pemain : Tio Pakusadewo, Teuku Rifnu Wikana, Verdi Solaiman, Jantra Suryaman, Wicaksono Wisnu Legowo
(Edi triyono)