April 2017, Pertamina EP Resmikan Dua Proyek Pengembangan

foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com  – Ditengah kondisi industri migas nasional yang masih belum stabil, PT Pertamina EP (PEP) tetap dalam komitmennya untuk menjalankan operasi migas.

Meskipun demikian, perseroan menghadapi tantangan berupa luas Wilayah Kerja Pertambangan yang mencapai seluas 113.614 KM2. Adapun PEP mengelola lebih dari 300 struktur migas serta lebih dari 2100 sumur migas aktif di seluruh Indonesia.

Nanang Abdul Manaf selaku PTH President Director PT Pertamina EP mengatakan, sesuai dengan Undang Undang Migas No 22 Tahun 2001 tepatnya pasal 66 ayat b, Wilayah Kerja (WK) PT. Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero).

“Dengan potensi luasan wilayah tersebut, dimana mayoritas fasilitas kami merupakan asset yang mature, kami tetap berupaya semaksimal mungkin untuk menjawab tantangan tersebut agar produksi migas yang ditargetkan dapat kami penuhi,” terang Nanang di Cirebon, belum lama ini.

Tidak hanya asset dan fasilitas produksi yang mature yang digarap secara serius. PEP juga juga menggarap beberapa proyek yang on stream dalam tiga tahun terakhir.  Antara lain; Proyek Pengembangan Cikarang Tegal Pacing dengan target produksi gas puncak mencapai 14 MMSCFD, sudah on stream Maret 2017.

Sementara yang on stream April 2017 adalah Proyek Pengembangan Gas Matindok yang menelan biaya US$ 692 Juta dan Proyek Pengembangan Paku Gajah yang menelan biaya US$ 139,7. Kedua proyek tersebut kapasitas produksinya masing-masing 105 MMSCFD dan 45 MMSCFD serta kondesat 1.100 BOPD.

Adapun satu project lainnya, yaitu Project Pengembangan Lapangan Jirak (EOR) yang sudah mencapai progress fisik sebesar 7.6%, ditargetkan akan rampung pada Desember 2018 dengan target tambahan produksi mencapai 2.780 BOPD.

“Diharapkan dengan on stream-nya 2 project tersebut, kami dapat melampaui target produksi yang ditetapkan sebesar 85.000 BOPD dan target laba bersih sebesar USD 596 juta,” tambahnya.

Selain itu, upaya pencarian cadangan juga menunjukkan peningkatan signifikan. Kinerja Seismik 2D 2016 mencapai 100% yaitu sebesar 953 KM dan Seismik 3D 2016 mencapai 128% yaitu sebesar 1.008 KM2. Dan untuk target Seismik 2017 untuk 2D mencapai 883 KM dan 3D mencapai 621 KM2.

foto : jakartakita.com/edi triyono

“Untuk tren ke depan, menurut kami potensi yang besar letaknya ada di Kawasan Timur Indonesia. Dan kami sudah masuk di Kawasan Timur Indonesia seperti di Papua Barat dengan kegiatan seismik Klamasosa dengan total luasan 500KM yang dikerjakan secara multiyears, untuk tahun 2017 ini target sebesar 200 KM dan sisanya 300KM di Tahun 2018,” terang Nanang.

Lebih lanjut, Nanang menambahkan, sebelumnya di sekitar tahun 2014 Pertamina EP juga mendapatkan temuan eksplorasi di Sumur Piraiba di Tanjung Kalimantan Selatan.

“Melihat potensi dari sumur Piraiba tersebut tahun ini kami masuk kegiatan seismik di Tanjung dengan target total 350KM. Kemudian kami akan menambah data seismik 2D di area Tanjung Area Barat,” jelasnya.

Ditambahkan, terkait Seismik Kupalanda di Area Bintuni Papua Barat yang sudah berjalan sejak tahun 2016, pihaknya menargetkan hasil penemuan disana harus signifikan karena apabila temuan cadangannya kecil maka tidak akan ekonomis mengingat upaya yang dilakukan sangat besar karena areanya mayoritas merupakan rawa.

“Maka dari itu, berangkat dari kegiatan sebelumnya, Kami akan review hasil dari seismik di Kupalanda apakah potensinya sesuai dengan target yang diharapkan,” pungkas Nanang. (Edi Triyono)

Project Pengembangan Lapangan Jirak (EOR)Proyek Pengembangan Gas Matindokpt pertamina (persero)PT Pertamina EP (PEP)
Comments (0)
Add Comment