ASTRABI Gelar Kejuaraan Silat Betawi 2019

Jakartakita.com – Bangsa Indonesia memiliki beragam budaya, salah satunya melalui seni bela diri ‘Pencak Silat’.

Terkait hal tersebut, ASTRABI (Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia) hadir mengusung visi untuk menjaga, mengembangkan, dan melestarikan silat tradisi Betawi serta memiliki misi mengembalikan marwah silat tradisi Betawi agar menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri, mengupayakan peningkatan mutu dan kualitas silat tradisi Betawi dari berbagai sisi, serta mendorong pemerintah agar Jakarta menjadi Galeri Silat Tradisi Internasional.

Berbagai kegiatan telah dimotori oleh ASTRABI dalam upayanya meningkatkan harkat dari silat tradisi Betawi ini.

Salah satunya adalah dengan menggelar Kejuaraan Silat Betawi 2019. Kegiatan ini sejatinya sudah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, yang merupakan program dari DISPORA (Dinas Pemuda dan Olahraga) DKI Jakarta.

Menginjak tahun ke-4 penyelenggaraannya, ASTRABI dilibatkan secara penuh untuk lebih meningkatkan kualitas pesilat-pesilat yang ditargetkan bisa berprestasi di kancah nasional maupun internasional.

“Tujuan dari penyelenggaraan Kejuaraan Silat Betawi 2019, tentunya bagaimana kami bisa melestarikan dan me-manage perguruan-perguruan silat dan mengimplementasikan Pergub dan Perda dari Pemerintah DKI Jakarta. Jadi, sejak ada Perda tersebut, melalui kegiatan ini, kami ingin mensosialisasikannya supaya banyak yang menjadi tahu, sekaligus melalui kegiatan ini kami ingin meng-ekspresikan budaya Betawi serta meraih prestasi melalui seni bela diri pencak silat,” terang Anwar Altawabi, Ketua Umum ASTRABI di acara festival Kejuaraan Silat Betawi 2019 yang berlangsung di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (20/4/2019).

Lebih lanjut, ia mengaku sangat bersyukur dengan digelarnya festival kali ini, yang turut dihadiri berbagai kalangan, terutama anak-anak dan kalangan milenial.

“Tentunya, kami bersyukur sekali saat ini, mulai dari tingkat anak-anak dan remaja sudah mulai menyadari untuk memiliki bela diri. Dan sebanyak 80% yang belajar seni bela diri pencak silat datang dari anak-anak dan remaja. Oleh sebab itu, disini kami mengingatkan akan pentingnya berolahraga, sekaligus melalui kegiatan ini kami juga melestarikan budaya,” jelas Anwar Altawabi.

Dituturkan, sebelumnya, konsep penyelenggaraan acara biasanya mengharuskan pesilat bertanding di atas panggung. Namun pada tahun 2019 ini, konsep acara diubah, dimana peserta bertanding di atas matras. Hal ini sesuai dengan semboyan ASTRABI menjadikan silat Betawi dari tradisi ke prestasi.

Adapun saat ini, ASTRABI beranggotakan 100 perguruan silat Betawi serta 11 perguruan Nusantara (non Betawi). 

Menurut Anwar, Betawi yang merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia juga memiliki keberagaman bahasa, seni hingga makanan tradisional. Adapun silat sebagai salah satu seni bela diri di tanah Betawi, saat ini sudah berkembang demikian pesat. 

“Perkembangan cabang olahraga seni bela diri pencak silat sangat meningkat. Apalagi, saat ini di Indonesia terdapat 680 aliran silat tradisi dan separuh dari aliran silat tradisi tersebut lahir di Tanah Betawi. Jumlah ini masih ditambah lagi dengan sekitar 200-an aliran silat kombinasi yang merupakan gabungan dari berbagai aliran. Maka layaklah kalau Betawi dijadikan pusat silat tradisional dunia,” pungkasnya. (Fahrul Anwar)

Asosiasi Silat Tradisi Betawi IndonesiaASTRABIBetawiKejuaraan Silat Betawi 2019perguruan silatseni beladiri
Comments (0)
Add Comment