Konsolidasi Dinilai Penting Untuk Sehatkan Industri Telekomunikasi

Jakartakita.com – Indonesia Technology Forum (ITF) menggelar talkshow dan seminar yang mengusung tema “Jurus Pamungkas Sehatkan Industri Telekomunikasi” di Balai Kartini, Kamis, 2 Mei 2019.

Acara tersebut menghadirkan para pembicara, yaitu; Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara sebagai Keynot Speaker. Dan dihadiri pula oleh Perwakilan Ketua ATSI Buldansyah, Ketua BRTI/Dirjend SDPPI, Ismail, Analis dari Deutsche Bank, Raymond Kosasih dan Muhammad Syarkawi Rauf dari  Institute for Competition and Policy Analysis (ICPA).  

Dalam sambutannya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Rudiantara mengatakan, bahwa kondisi industri telekomunikasi di Indonesia belum ideal karena terlalu banyak pemain. Sehingga pemerintah terus mendorong adanya konsolidasi yang bisa menjadi salah satu faktor yang mampu membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat dan bergairah.

Rudiantara juga menegaskan, bahwa sejak awal pemerintahan Jokowi-JK, pemerintah mendorong operator telekomunikasi berkonsolidasi karena membutuhkan skala ekonomi yang lebih besar. Karena dengan economic of scale yang meningkat, perusahaan telekomunikasi memiliki bargaining power.

Sebagai informasi, saat ini ada enam pemain seluler di Indonesia, yaitu: Telkomsel, XL Axiata, Indosat Ooredoo, Smartfren, Hutchison 3 Indonesia, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia.

“Konsolidasi perlu dilangsungkan dengan tujuan agar industri telekomunikasi akan menjadi efisien. Dan hal itu sudah mulai disadari oleh para pemegang saham antar operator telekomunikasi. Konsolidasi itu corporate action sehingga pemegang saham yang menentukan tapi pemerintah yang memfasilitasi,” kata Rudiantara.

Ditambahkan, ada beberapa program strategis Kemkominfo di industri. “Alhamdulillah ada yang berjalan baik sesuai schedule, salah satunya refarming 4G. Bahkan sebelumnya, analis dunia meragukan Indonesia bisa menyelenggarakan 4G dengan cepat. Berkat kerjasama dengan operator, akhirnya tahun 2015 berhasil. Selanjutnya, Palapa Ring juga berjalan dengan baik. Satu hutang yang belum terbayar dan telah menjadi program sejak 2015 awal adalah menyehatkan industri dengan cara konsolidasi. Namun ini call bukan di operator (manajemen) tapi di pemegang saham. Mereka ini tidak mudah terpengaruh. Apalagi jika mereka (share holder) ini banyak duit. Perusahaan menderita, tetapi pemegang saham juga seperti orang kaya terus,” ungkap Rudiantara.

Lebih lanjut Chief RA, panggilan akrab Rudiantara mengungkapkan, konsolidasi merupakan salah satu cara untuk menyehatkan industri.

“Sejak 2016 sudah berharap (konsolidasi), karena pertumbuhan industri sudah tidak sehat. Sampai dengan tahun 2015-2016 revenue masih double digit, pertumbuhan paling tinggi dengan kontribusi ke GDP / PDB. Sekarang turun tinggal 7%, seharusnya bisa drive untuk ekonomi,” ungkapnya lagi.

Ditambahkan, “Penyehatan industri itu sederhana, bagaimana secara industri melihat bukan ke operator, tapi manage top line. Kontribusi top line industri, ke PDB 1,1 – 1,2% dari GDP. Kalau di negara lain bisa 1,5%. Sebenarnya ruang ke sana ada, tapi perlu niatnya. Saat ini pemerintah bisa membantu pada bagian biaya, yang tidak meningkatkan cost of service. Saat ini, kondisi industri telekomunikasi kita di belakang di negara-negara ASEAN (Singapura, Malaysia dan Thailand).”

Nampaknya, aturan ini sedang dipersiapkan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Kendati demikian, konsolidasi bisa dilakukan tanpa perlu menunggu aturan keluar. (Edi Triyono)

ATSIIndonesia Technology Forum (ITF)industri telekomunikasikonsolidasiMenkominfoRudiantara
Comments (0)
Add Comment