Jakartakita.com – Di awal Juli 2019 lalu, IBM menuntaskan akuisisi Red Hat sebesar 34 juta dolar AS dengan tujuan memposisikan IBM sebagai penyedia cloud hybrid terdepan dan mempercepat bisnis IBM yang bernilai tinggi, serta memperluas inovasi open source Red Hat.
IBM dan Red Hat kedepannya akan menghadirkan platform multi cloud hybrid terdepan.
Tak cukup sampai disitu, platform multi cloud hybrid terbuka IBM akan menciptakan lingkungan yang dapat beroperasi dengan aman yang tidak bergantung pada infrastruktur perusahaan.
Dengan platform tersebut, mereka dapat membangun dan menyebarkan rangkaian aplikasi mission-critical di mana saja dari pusat data manapun, serta cloud privat dan multiple public termasuk AWS, Azure, Google Cloud Platform, Alibaba dan IBM Cloud, dan lainnya.
Lianna Susanto, Country Manager Cloud and Solutions IBM Indonesia menjelaskan, dewasa ini, sebagian besar perusahaan saat ini (sekitar 20%) sudah mulai melakukan transisi menuju cloud.
Dalam bagian pertama perjalanan cloud perusahaan, mereka membuat langkah besar dalam mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas dan merevitalisasi program inovasi yang dihadapi pelanggan.
Bagian kedua adalah tentang mengalihkan pekerjaan kritikal perusahaan menuju cloud serta mengoptimalkan segala pilar bisnis dari rantai pasokan hingga sistem perbankan inti.
Untuk memaksimalkannya, jelas Lianna, bisnis harus mengelola seluruh infrastruktur TI mereka, termasuk dalam berinvestasi pada teknologi baik terbaru maupun yang sudah ada, di dalam maupun di luar lokasi dan di berbagai jenis cloud, dengan cara sedernaha, konsisten dan terintegrasi.
“Saat ini, IBM telah membangun platform multi cloud hybrid dan sarana yang dibutuhkan pelanggan kami untuk melakukan perjalanan jangka panjang mereka menuju cloud dengan standar terbuka dan umum yang menjangkau lintas cloud, lintas aplikasi dan lintas vendor dengan Red Hat,” ujar Lianna Susanto, di acara Digital Transformation Summit 2019 di Shangrila Hotel, Jakarta Senin (5/8).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, untuk menjadi yang terdepan dalam penyedia multi cloud, IBM juga memperluas dukungan langsung untuk Red Hat OpenShift melalui IBM Systems.
IBM akan menambahkan Red Hat OpenShift ke dalam system enterprise, IBM Z dan LinuxONE, yang secara kolektif mampu menjalankan 30 miliar transaksi per hari di seluruh dunia.
Saat ini, IBM telah mendukung OpenShift di Power Systems dan Storage yang dimilikinya.
“Sejauh ini, untuk mencapai transformasi digital, perusahaan perlu memanfaatkan teknologi baru dan menyelaraskan ketiga penggeraknya, perusahaan memerlukan infrastruktur cloud yang hybrid agile, terbuka, aman dan dikelola serta memungkinkan untuk menggunakan lingkungan cloud, publik, dan multi cloud dengan mudah,” jelasnya lagi.
Adapun IBM Indonesia menggelar acara Digital Transformasi Summit 2019 untuk berbagi wawasan dalam meningkatkan bisnis para pelanggan dengan menggunakan AI (artificial intelligence) dan Cloud.
Di acara ini, IBM turut menghadirkan lebih dari 250 pelanggan dan calon pelanggan serta Rolly Edward dari SkyGride yang telah menggunakan layanan IBM Cloud. (Fahrul Anwar)