Jakartakita.com – Pemerintah melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) terus melakukan berbagai upaya dalam menangani pandemi dan pemulihan ekonomi Indonesia.
Sebagai wujud upaya percepatan dan penyuksesan persiapan pengadaan vaksin COVID-19, KPCPEN memperkenalkan dua profesor pediatrik, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro dan Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.M. untuk mengawal proses pengembangan dan pengujian vaksin COVID-19.
Melansir siaran pers, Senin (16/11), disebutkan bahwa vaksin menjadi prioritas utama pemerintah melalui KPCPEN untuk memutus mata rantai penyebaran dan penanganan kasus COVID-19 di Indonesia.
Tak hanya menunjuk tenaga ahli untuk mengawal proses pengembangan vaksin, KPCPEN juga mengambil langkah strategis dengan menggandeng Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19.
Tindakan ini dilakukan sebagai wujud keseriusan pemerintah untuk mempercepat persiapan vaksin COVID-19.
Dalam mengembangkan vaksin COVID-19, tingkat keamanan dan keefektifan menjadi faktor penting yang harus dijaga ketat.
Dibalik misi penting inilah, Prof. Sri Rezeki dan Prof. Kusnandi Rusmil menjadi dua tokoh ahli yang memiliki andil besar dalam mengawal proses pengembangan dan uji klinis vaksin COVID-19 untuk mendapatkan hasil yang aman, berkhasiat, dan bermutu tinggi.
Prof. Sri Rezeki Hadinegoro: Tak Kenal Lelah Memperjuangkan Imunisasi di Indonesia
Prof. Sri Rezeki memiliki kisah yang panjang dalam memperjuangkan imunisasi di Indonesia.
Lahir di Solo, 3 Mei 1946, Prof. Sri Rezeki mulai akrab dengan vaksin sejak dirinya bergelut dengan penyakit infeksi pada anak-anak ketika bertugas di RS Cipto Mangunkusumo.
Sejak awal, Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia ini menyadari bahwa permasalahan kesehatan anak yang dihadapi negara cukup besar.
Kesadaran tentang betapa pentingnya vaksin semakin terpupuk setelah dirinya merintis program “Karang Balita”, yang kemudian bertransformasi menjadi Posyandu.
Bagi Prof. Sri, vaksinasi atau imunisasi merupakan standar kesejahteraan sebuah negara. Cakupan vaksinasi yang luas dapat memberi gambaran sejauh mana kemajuan suatu negara, baik secara ekonomi maupun sosial.
“Jadi, kalau mau melihat standar sejahteranya satu negara, imunisasi adalah salah satu indikatornya. Selain itu, ada dua aspek dasar yang harus dipenuhi negara dalam upaya pencegahan penyakit: air bersih yang merata dan imunisasi. Saat dua hal ini bisa disediakan oleh negara, maka 70 persen masalah kesehatan terkait infeksi dapat diatasi.” Jelasnya, dalam Dialog Produktif bertema ‘Berjuang Tanpa Lelah Menyiapkan Vaksin’ yang digelar di Media Center KPCPEN, Selasa (10/11/2020) lalu.
Berkat perjuangannya dalam memajukan imunisasi di Indonesia, Prof. Sri Rezeki menjabat sebagai Ketua Satgas Imunisasi IDAI dan Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) hingga saat ini.
Prof. Kusnandi Rusmil: Guru Besar dan Tokoh Kunci Uji Klinis Vaksin di Indonesia
Mengemban tugasnya sebagai Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 membuat sosok Prof. Kusnandi cukup familiar di masyarakat.
Pasalnya, Guru Besar Kesehatan Anak Universitas Padjadjaran ini kerap muncul di media massa untuk memberikan keterangan terkait perkembangan uji klinis kandidat vaksin COVID-19.
Dengan pengalaman melakukan 26 uji klinis vaksin sepanjang karier profesionalnya, Prof. Kusnandi memiliki peran yang cukup signifikan dalam bidang pengujian klinis vaksin di Indonesia.
Sebagai BUMN spesialis vaksin, PT Bio Farma, kerap menggandeng prof. Kusnandi dalam persiapan produksi berbagai macam vaksin sebelum didistribusikan ke masyarakat. Hasilnya, nyaris seluruh produk vaksin yang dikembangkan Bio Farma merupakan buah karya keilmuan Prof. Kusnandi.
“Imunisasi merupakan hal penting yang harus terus diperjuangkan pemerintah Indonesia untuk mencegah berbagai penyakit infeksi yang menjangkit anak-anak atau masyarakat usia dewasa. Terkait hal tersebut, kita harus bekerja keras. Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) juga harus bekerja keras agar cakupan imunisasi di Indonesia meningkat. Karena penyakit yang kerap mewabah itu dapat dicegah dengan imunisasi,” ujar Prof. Kusnandi.