Prospek Bisnis Pengembangan Pelabuhan di Indonesia Masih Tinggi

foto : istimewa

Jakartakita.com – Bisnis pengembangan pelabuhan di wilayah Indonesia masih terbilang tinggi.

Buktinya, sudah banyak investasi pelabuhan yang sukses terutama yang dilakukan Pelindo, antara lain; di Kalibaru, Kuala Tanjung, Terminal KCN Marunda, Makassar New Port, Teluk Lamong, dan Manyar Surabaya. Kemudian, Terminal Peti Kemas Palaran Samarinda yang dikelola Samudera Indonesia adalah contoh sukses perusahaan swasta yang berinvestasi di pelabuhan.

“Prospek bisnis pelabuhan masih tinggi, karena ada 636 pelabuhan laut yang membutuhkan pendanaan swasta,” jelas HRM Wahyono Bimarso Dipl HE selaku Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia (HAPI) dan Waka Prodi Kelautan ITL Trisakti dalam siaran pers, Rabu (02/12).

Dijelaskan, perkembangan pelabuhan di Indonesia tidak bisa lepas dari reformasi maritim Indonesia, termasuk aspek lainnya, antara lain; Pelayaran Pelabuhan, Logistik, Pendidikan Maritim, Permodalan, dan Aspek Hukum.

Saat ini, perbaikan di segala bidang sudah dan sedang berlangsung, terakhir dengan telah diluncurkannya Undang-Undang Cipta Kerja oleh Pemerintah.

“Sebagaimana diketahui, jumlah pelabuhan di Indonesia sangat banyak, lebih dari 1000 pelabuhan. Sudah tentu, (investor) harus memilah-milah pelabuhan-pelabuhan tersebut sesuai dengan besaran pengelolaan dan fungsi pelabuhan. Karena tidak semua pelabuhan tersebut bersifat komersial, banyak juga yang bersifat non-komersial,” ungkap Wahyono.

“Kalau kita berbicara tentang perkembangan Pelabuhan Komersial yang dikelola oleh Pelindo 1, 2, 3 dan 4, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa fasilitas dan peralatan pelabuhan sudah sangat memadai, khususnya perkembangan 10 tahun terakhir dengan pembangunan dermaga dan fasilitas lainnya,” jelasnya lagi.

Sementara itu, perkembangan pelabuhan juga tidak bisa lepas dari perkembangan lalu lintas muatan cargo di Indonesia, yang kondisinya saat ini masih terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia.

Maka untuk menyeimbangkan muatan ke Kawasan Timur Indonesia diperlukan upaya optimalisasi kerjasama antar sektor, seperti; perindustrian, pertanian, pertambangan, dan sebagainya.

Selain itu, lanjut Wahyono, soal pendanaan juga harus diperhatikan.

“Secara umum pendanaan ini yang menjadi masalah besar. Karena terbatasnya dana Pemerintah untuk infrastruktur pelabuhan dan swasta yang tidak tertarik membangun pelabuhan di Indonesia Timur, karena tidak komersial. Namun dapat disimpulkan, bahwa perkembangan wilayah Timur cukup memadai dalam ukuran pasar yang ada, yang memang jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia bagian Barat,” bebernya.

Lebih lanjut Wahyono menyampaikan, pembangunan infrastruktur pelabuhan khususnya wilayah Timur, harus memperhatikan dua aspek besar, yaitu urban transport sustainability (transportasi regional berkelanjutan) dan maritime transport sustainability (transportasi maritim berkelanjutan).

Khusus Pelindo 4, lanjut Wahyono, pembangunan infrastruktur pelabuhan cukup cepat karena mereka berinvestasi di Makassar New Port untuk pelabuhan berkelas internasional.

Di samping itu, Pelindo 4 baru-baru ini mendapat PMN sebesar Rp 2 triliun untuk membangun fasilitas Pelabuhan di Sorong, Jayapura, Manokwari, Bitung, Kendari, Biak dan Nunukan.

Ditambahkan, perkembangan pelabuhan di Timur juga dipacu adanya Pelayaran Perintis dan Tol Laut yang membawa Komoditi penting dan singgah di pelabuhan-pelabuhan kecil, sehingga pelabuhan tersebut harus memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.

Selain itu, program pembangunan di Indonesia Timur juga dipicu oleh adanya program Tol Laut yang sudah mempunyai 26 rute dan juga rute Pendulum Nusantara.

Jaringan Pendulum Nusantara yang melaksanakan angkutan Peti Kemas Domestik di seluruh Indonesia termasuk ke Indonesia Timur, sehingga mendukung Pembangunan Pelabuhan di Indonesia Timur.

Menariknya, untuk mendukung kinerja ekspor dan impor di pelabuhan perlu juga didukung oleh teknologi.

Indonesia sendiri, telah siap dengan teknologi yang ada saat ini. Dimana, perusahaan pelayaran sudah menerapkan teknologi tinggi untuk mengoperasikan perusahaannya dengan menerapkan pelacakan cargo, visibilitas rantai pasok, dan otomatisasi dokumen.

“Pelabuhan sudah menerapkan digitalisasi pelabuhan. Kesimpulannya, pelabuhan dan pelayaran sudah siap menghadapi teknologi 4.0,” tandas Wahyono. (Edi Triyono)

cargokawasan Indonesia Timurlogistikpelabuhanpengembangan pelabuhanterminal peti kemastol lauttransportasi laut
Comments (0)
Add Comment