Untuk Unggul Bersaing di Bursa Kerja, Komunikasi Antar Budaya Penting Dikuasai Para Pencari Kerja

foto : dok. Universitas Pertamina

Jakartakita.com – Dalam beberapa tahun terakhir, inklusif dan keragaman di lingkungan kerja telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan.

McKinsey dalam survey Tahun 2019 mencatat, keragaman etnis atau budaya telah berhasil meningkatkan profit perusahaan hingga 36 persen.

Menanggapi hal tersebut, Evi Sofia, MBA selaku Dosen Program Studi Manajemen sekaligus pakar Manajemen SDM Universitas Pertamina mengungkapkan, komunikasi antar budaya (intercultural communication) menjadi penting untuk dikuasai oleh para pencari kerja.

“Kami menekankan kepada mahasiswa untuk dapat menguasai setidaknya tiga literasi utama, sebelum memasuki dunia kerja profesional. Yakni: Literasi Data, Literasi Teknologi dan Literasi Manusia. Komunikasi antar budaya yang termasuk dalam Literasi Manusia, menjadi kemampuan wajib bagi tenaga kerja untuk mengungguli bursa kerja saat ini,” ujar Evi, seperti dilansir dalam siaran pers, Rabu (23/03).

Terkait hal ini, Ave Maria Georgina, Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Pertamina menyebutkan, keterampilan komunikasi antar budaya bukanlah hal baru.

Selama menempuh pendidikan di Universitas Pertamina, ia mengaku rajin membekali diri dengan keterampilan tersebut.

Tak hanya aktif mengikuti berbagai kejuaraan di kancah internasional, Gina, sapaan akrabnya, juga memberanikan diri untuk menulis skripsi dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sangat strategis, yakni ‘Implementasi Doktrin Maritim Mavi Vatan dalam Kontestasi Turki dengan Yunani di Laut Mediterania Timur’.

Tak disangka, skripsi yang ditulis Gina menarik perhatian salah satu profesor dari Marmara University, Turki, yakni Prof. Omer Faruk Genckaya.

“Saya mendapat kesempatan untuk dibimbing dan diberikan akses data, bahkan diuji secara langsung oleh beliau dalam ujian skripsi. Puji syukur saya bisa melaluinya tanpa kesulitan yang berarti. Selain memahami topik dan isu skripsi secara mendalam, saya juga berusaha untuk mengaplikasikan metode komunikasi antar budaya selama ujian skripsi berlangsung. Kalau di ilmu Hubungan Internasional, kemampuan ini merupakan bagian dari keterampilan diplomasi dan negosiasi,” ungkap Gina.

Ditambahkan, setidaknya ada lima hal, menurut Gina, yang ia perhatikan selama menjalin komunikasi efektif dengan Prof Omer.

“Pertama, kita harus menerapkan prinsip open-minded. Sebelum bertanya atau menerima respon dari lawan bicara, kita harus menggunakan point of view mereka. Karenanya, penting untuk mempelajari sejarah, budaya, kebiasaan, dan adat istiadat daerah asal lawan bicara kita. Sehingga, ketika kita mendapat jawaban atau respon yang menurut kita tidak sejalan dengan local wisdom yang kita anut, kita dapat menerima dan terbuka dengan kebiasaan yang di luar keyakinan kita tersebut,” beber Gina.

Yang kedua, menurut Gina, adalah tidak mudah berasumsi atas respon atau jawaban dari lawan bicara.

Ketiga, berhati-hati dalam membuat candaan atau menggunakan bahasa slang. Keempat, jangan ragu untuk terus berinteraksi meskipun dengan keterbatasan bahasa. Berbicara dengan perlahan dan tidak terburu-buru adalah kunci.

Yang terakhir dan tak kalah penting, adalah memperhatikan dan peka terhadap bahasa non-verbal atau gestur lawan bicara.

“Dalam hal keikutsertaan di kejuaraan internasional, saya selalu berusaha memberikan hasil terbaik. Yang terbaru misalnya, saya mengikuti Online Distancing Model of United Nations (ODMUN) pada tahun 2021 lalu. Di ajang ini, setiap peserta diberikan peran untuk mewakili suatu negara dan menyampaikan kepentingannya terkait isu yang dibahas. Berkat hasil kerja keras dan analisa mendalam, saya mendapatkan penghargaan sebagai Best Position Paper,” jelas Gina.

Mahasiswi yang dinominasikan sebagai Mawapres 2022 tersebut juga tercatat pernah menerima penghargaan di ajang serupa, diantaranya: Verbal Commendation of United Nations Security Council di ajang Bali MUN Tahun 2021; dan The Most Outstanding Delegate of United Nations Security Council di ajang AYGF MUN 5.0, Tahun 2021.

Asal tahu saja, Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina mendukung pemahaman di bidang diplomasi dan negosiasi.

Mahasiswa diberikan akses untuk menggunakan Platform MUN Command. Platform ini merupakan aplikasi yang menyerupai sistem sidang multilateral di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Adapun Universitas Pertamina menjadi satu-satunya kampus di Indonesia yang menggunakan platform tersebut. (Edi Triyono)

Bursa KerjaKomunikasi Antar BudayaLiterasi DataLiterasi ManusiaLiterasi Teknologipencari kerjaUniversitas Pertamina
Comments (0)
Add Comment