Kembangkan Ilmu Branding, Dr. Eddy Yansen, M.I.Kom Perkenalkan Riset Neuromarketing

foto : istimewa

Jakartakita.com – Baru-baru ini, Dr. Eddy Yansen, M.I.Kom, lulusan Program Doktor Universitas Pelita Harapan yang juga pernah mendalami ilmu analisis statistika FMRI dari Johns Hopkins University merilis buku berjudul ‘Goal-Less Thinking’. 

Lewat bukunya ini, akademisi dan juga konsultan manajemen ini turut memperkaya khasanah ilmu branding dengan melakukan riset neuromarketing.

Tak heran, Eddy pernah mendapatkan sertifikasi consumer neuromarketing dari Nanyang Technological University pada 2015 silam.

Ia pun memperkenalkan penelitiannya di bidang neuromarketing lewat laboratorium riset konsumen EMC Sense yang berlokasi di Jakarta.

Melansir siaran pers yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini, disebutkan bahwa penelitian tersebut memakai sejumlah variable, seperti; perubahan ekspresi wajah, pergerakan mata, perubahan sinyal otak, dan reaksi tubuh konsumen yang melihat iklan tertentu.

Ia mengaku, mengerjakan penelitian pemasaran neuromarketing untuk menambal kekurangan penelitian pemasaran, yang umumnya hanya mengukur persepsi dalam bentuk psikometrik atau perilaku individu.

Lewat penelitian neuromarketing, ia ingin melihat beberapa kemungkinan. Misalnya, bagaimana paduan warna dan bentuk tertentu pada iklan merangsang indera konsumen, atau bagaimana musik dan adegan yang dipakai pada iklan memancing emosi tertentu.

“Intinya, saya ingin mencari tahu reaksi fisiologi dari konsumen terhadap iklan yang mereka lihat,” ujar Eddy.

Untuk diketahui, penelitian neuromarketing yang dijalankan Dr. Eddy Yansen 8 tahun silam menawarkan alternatif sudut pandang ilmu branding, dimana ukurannya bukan cuma apa yang dilakukan konsumen setelah melihat iklan, melainkan beranjak ke hal yang lebih jauh lagi: bagaimana konsumen bereaksi (dilihat berdasarkan rekaman ekspresi wajah, gerakan tubuh) terhadap iklan.

Lebih lanjut Eddy mengakui, investasi riset neuromarketing cukup tinggi. Dibutuhkan biaya mulai Rp 200 juta hingga Rp 600 juta untuk sebuah riset lengkap dengan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur reaksi konsumen.

“Ambil contoh seperti yang saya lakukan di laboratorium riset konsumen EMC Sense. 1 set peralatan eye tracking membutuhkan investasi Rp 200 juta,” terangnya.

Belum lagi peralatan lain, seperti; Dry EEG, Biosignal, dan EMG yang juga memerlukan investasi yang tidak sedikit.

“Tentu laboratorium ini juga dilengkapi dengan kondisi kontrol yang baik, seperti desain yang netral hingga kamera pengawas dan kaca 2 arah untuk peneliti, dengan standar Internasional untuk sebuah lab uji pemasaran,” lanjut Eddy. 

Di luar investasi riset yang relatif tinggi, apa yang dilakukan Dr. Eddy Yansen tentu memberikan sumbangsih yang cukup besar di dalam dunia keilmuan pemasaran.

Apalagi dunia branding kini semakin kompleks, seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

“Saya berharap, penelitian yang sudah saya lakukan dengan neuromarketing bisa memicu peneliti muda tanah air untuk mengembangkan metodologi riset pemasaran yang lebih canggih, yang berbasis pada – salah satunya – data reaksi konsumen,” harapnya.

“Sebab dunia branding kini lebih kompleks. Kita bisa saja menganggap iklan atau UI/UX yang dibuat sudah sempurna secara visual, namun kita tidak tahu bagaimana reaksi konsumen terhadap materi visual yang tersedia; apakah mereka senang, sedih, atau malah merasa tidak nyaman,” lanjut Eddy.

Asal tahu saja, Dr. Eddy Yansen telah mengenalkan neuromarketing ini ke berbagai perusahaan besar dan telah dipercaya perusahaan seperti Toyota Astra Motor, Travelin, Lippo Insurance dan masih banyak lagi dalam melakukan penelitian pemasarannya.

Ia juga bekerja sama dengan peneliti neuromarketing lain dalam melakukan analisa data dan juga menyempurnakan metode penelitiannya.

Anda bisa mengenal lebih jauh Dr. Eddy Yansen, M.I.Kom dengan mengunjungi web pribadinya di eddyyansen.com. (Hendry)

consumer neuromarketingDr. Eddy YansenGoal-Less Thinkingneuromarketingpeneliti neuromarketingriset konsumen EMC Sense
Comments (0)
Add Comment