Jakartakita.com – Laporan terbaru Global Real Estate Transparency Index dari JLL (NYSE: JLL) dan LaSalle Investment Management menyebutkan, pasar real estat di Asia Pasifik terus berkembang dan semakin akomodatif bagi para investor dan penghuni yang merencanakan ekspansi di wilayah tersebut, didorong oleh keunggulan dalam regulasi, aspek keberlanjutan, dan akses ke data yang semakin baik.
Indeks dua tahunan yang diterbitkan oleh JLL dan LaSalle Investment Management tersebut, menjadi tolok ukur transparansi pasar bagi investor properti, pengembang, dan pemilik perusahaan.
Peringkat transparansi ditetapkan berdasarkan ketersediaan dan kualitas tolok ukur kinerja dan data pasar, struktur tata kelola, lingkup peraturan dan hukum, proses transaksi, dan penanda keberlanjutan untuk membantu investor dan penghuni membuat keputusan berbasis risiko secara terukur.
Meski pasar berubah pada tingkat yang berbeda, data menunjukkan peningkatan keseluruhan dalam transparansi real estat di kawasan.
Pada 2022, Jepang masuk dalam kategori ‘Sangat Transparan’ untuk pertama kalinya berkat kemajuan dalam komitmen nol bersih, pengenalan standar bangunan yang lebih berfokus pada keberlanjutan (sustainability), dan peningkatan transparansi seputar pelaporan risiko iklim.
Singapura mulai mendekati kategori ‘Sangat Transparan’ dengan cakupan data yang lebih dalam dan komitmen keberlanjutan yang jelas.
Indonesia naik satu peringkat ke posisi 39 dalam kategori ‘semi-transparan’.
India termasuk dalam perbaikan global terbaik, dengan peningkatan investasi institusional dan segmen kepercayaan investasi real estat (REIT) yang matang sehingga membantu peningkatan kualitas dan ketersediaan data pasar.
Sementara itu, efisiensi gedung baru, standar emisi yang lebih tinggi, serta proses dan data yang lebih baik untuk transaksi penjualan di Shanghai dan Beijing telah membantu Tiongkok untuk memperkuat posisinya di kategori ‘Transparan’.
“Upaya untuk meningkatkan transparansi di Asia Pasifik akan memperbesar minat investor serta membangun kepercayaan para penyewa hunian di kawasan tersebut. Dengan demikian, kami memprediksi akan ada lebih besar dana yang disalurkan ke pasar yang mampu menunjukkan upaya konsisten dalam menyediakan data yang akurat, menegakkan perlindungan hukum dalam kepemilikan properti, dan memacu terciptanya peraturan yang mendukung transaksi terkait,” kata Anthony Couse, Chief Executive Officer, Asia Pasifik, JLL seperti dilansir dalam siaran pers, Rabu (24/8).
“Tahun ini, kami telah melihat pergeseran peran keberlanjutan dalam proses pengambilan keputusan. Perkembangan yang menggembirakan ini serta implementasi dari rencana dan strategi nol emisi karbon (net zero carbon) yang luas akan menjadikan real estat yang tangguh dan berkelanjutan sebagai daya tarik utama yang ditawarkan kawasan ini bagi para investor dan penghuni dalam jangka panjang,” imbuhnya.
Berdasarkan temuan JLL, semakin banyak negara dan kota di Asia Pasifik yang menindaklanjuti komitmen iklim mereka dengan menetapkan standar efisiensi energi dan emisi wajib untuk bangunan, sejalan dengan tujuan net zero carbon. Laporan tersebut juga memperlihatkan peningkatan sertifikasi bangunan hijau dan sehat, dengan sejumlah negara terkemuka mulai mewajibkan pelaporan keberlanjutan dari perusahaan dan mengumpulkan informasi efisiensi energi dan emisi dari bangunan publik.
Minat terhadap aset real estat alternatif
Diversifikasi tetap menjadi tema utama bagi banyak investor di Asia Pasifik. Modal institusional, seperti yang dikendalikan oleh manajer aset, dana pensiun, dan sovereign wealth fund, aktif di sektor real estat alternatif di hampir dua pertiga pasar yang dipantau.
Itu berarti harapan untuk transparansi di seluruh jenis properti khusus seperti ruang lab, pusat data, atau perumahan siswa, telah tumbuh.
Seiring dengan meningkatnya ketersediaan data untuk memenuhi permintaan, investasi langsung di Asia Pasifik diperkirakan dapat mencapai lebih dari $200 miliar pada 2022.
“Investor terus mendiversifikasi investasi mereka di sektor properti tradisional dan alternatif, meskipun mereka memperlihatkan sikap yang sedikit lebih berhati-hati di tengah tantangan global saat ini. Mereka akan terus memilih aset inti seperti kantor dan pusat perbelanjaan, namun juga akan memasukkan lebih banyak aset dari sektor layanan kesehatan, pusat data dan logistik, dibantu oleh informasi dan analisis pasar yang terperinci,” kata Roddy Allan, Chief Research Officer, Asia Pasifik, JLL.
Indeks Transparansi Real Estat Global dari JLL dan LaSalle diterbitkan setiap dua tahun dan merupakan tolak ukur yang unik untuk transparansi pasar yang berguna bagi investor properti, pengembang dan pemilik perusahaan.
Indeks mengevaluasi lingkungan hukum dan peraturan, mekanisme penegakan dan ketersediaan data serta menyajikan perbandingan kondisi operasi di berbagai wilayah.
Edisi ke-12 tahun ini mencakup 254 indikator individu untuk menilai transparansi pasar di 94 negara dan wilayah dan 156 kota secara global.