Jakarta di Zaman Pemerintahan Belanda
Setelah kemenangan mutlak pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah atas Bangsa Portugis. Pangeran Jayawikarta dari Kesultanan Banten tinggal di pesisir barat Sungai Ciliwung (sekarang Pasar Ikan) sekaligus untuk mendirikan pos militer.
Belanda sudah mendarat di Jayakarta sejak tahun 1596 namun baru pada tahun 1611 Belanda boleh mendirikan bangunan untuk kantor dagang. Pada waktu itu Pieter Both yang menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama, lebih memilih Jayakarta sebagai basis administrasi dan perdagangan VOC daripada pelabuhan Banten, karena pada waktu itu di Banten sudah berdiri kantor pusat perdagangan orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol dan Inggris, sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.
Awalnya VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka menyewa lahan sekitar 1,5 hektar di dekat muara di tepi bagian timur Sungai Ciliwung sebagai kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.
Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618-1623), Belanda mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan Mauritius Huis, dan membangun tembok batu yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.
Izin yang sama diberikan untuk Inggris pada tahun 1615. Tentu saja ini menyulut amarah Belanda. Pangeran Jayawikarta memang berencana untuk mencari bala bantuan untuk menghadapi Belanda yang mulai menyebalkan.
Pada tahun 1619, Inggris bertekuk lutut. Pangeran Jayawikarta di usir keluar Jayakarta. Belanda mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia selama 300 tahun. Bahkan pada tanggal 30 Mei 1619, Belanda di bawah J.P. Coen menghancurkan kota Jayakarta, hingga tidak ada lagi yang tersisa dari kejayaan abad 17 di Sunda Kelapa.
Baru setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942. Batavia berubah nama menjadi Jakarta.