5 Isu terpanas PEMILUKADA Jakarta
Jakartakita.Com: Hasil riset monitoring media yang dilakukan Indonesia Media Monitoring Centre (IMMC) tentang pemilukada DKI memperlihatkan ada 5 isu terpanas yang paling banyak direspon oleh para Cagub-Cawagub. Dari kelima itu tersebut, isu jalan dan transportasi menempati urutan teratas dengan 19,5% dari total 661 berita secara keseluruhan.
Di urutan kedua ada isu mengenai lingkungan, yaitu 15,4%. Kesehatan di posisi ketiga dengan 11,9%. Sementara keempat dan kelima ditempati oleh isu seputar ekonomi dan pendidikan dengan 11,0% dan 9,8%.
“Rendahnya perhatian cagub-cawagub terhadap isu mengenai pendidikan sejatinya adalah sebuah ironi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih mengutamakan kepentingan jangka pendek dibanding kepentingan jangka panjang. Karena secara faktual, banyak sekali problem pendidikan yang belum terselesaikan di Jakarta. Dan sebagai Ibu Kota, seharusnya Jakarta siap mencetak sumber daya manusia dengan kualitas edukasi yang tinggi dan kompetitif,” jelas Muhammad Farid, Koordinator Riset IMMC.
Yang menarik adalah memudarnya isu banjir. Padahal, dalam temuan riset IMMC beberapa bulan yang lalu, banjir masih menjadi salah satu isu paling panas yang disuarakan oleh semua kandidat. Menurut Farid, isu banjir tidak sepenuhnya tenggelam. Ini gejala temporer semata, yang sewaktu-waktu akan menjadi isu panas lagi.
“Banjir tetap akan menjadi salah satu primadona para kandidat dalam program-program yang akan ditawarkan kepada massa pemilih nanti di masa kampanye. Isu banjir selalu berpasangan dengan isu kemacetan Jakarta. Seperti satu paket,” jelas Farid.
Namun demikian, Farid mengatakan bahwa merosotnya pemberitaan isu banjir secara teknis sangat menguntungkan bagi Fauzi Bowo selaku petahana. Sebab, banjir merupakan satu dari ketiga isu besar ibukota yang mencoreng citra positif Fauzi Bowo.
Secara umum, Farid melihat bahwa belum ada pasangan calon yang menawarkan program secara komprehensif untuk menyelesaikan kelima isu strategis tersebut. Ada tiga pola repon pasangan cagub-cawagub terhadap isu-isu tersebut. Pertama, bersifat sloganistik. Statementnya hanya berupa jargon dan janji perbaikan kondisi, tanpa menawarkan langkah konkret penyelesaiannya.
“Yang kedua, menawarkan program, tapi sangat simplistis. Tidak komprehensif. Misalnya, soal banjir dan macet. Solusi yang ditawarkan misalnya menambah armada busway. Iini tawaran yang sangat parsial. Karen kita tahu problem kemacetan tidak akan terurai kalau hanya dengan penambahan armada,” jela Farid.
Pola yang ketiga, menurut Farid, tawaran program tau solusi yang tidak integral. Sehingga antar satau sektor dengan yang lain seringkali bertubrukan. Pada dasarnya, lanjut Farid, kelima isu diatas integral. Solusi mengatasi kemacetan tak bisa dipisahkan dengan soal kependudukan. Jadi, solusinya tidak bisa parsial. Diantara semua cagub-cawagub, belum ada yang menawarkan program sampai level ideal seperti itu.
-Rio Yotto – IMMC