Take a fresh look at your lifestyle.

Dahulu, Imlek Juga Dirayakan Masyarakat Betawi

0 1,390

Tiket Pesawat Murah Airy

dok: istimewa
dok: istimewa

Jakartakita.com –  Keberadaan kaum Tionghoa telah lama menjadi bagian dari sejarah kota Jakarta. Bahkan jauh sebelum Belanda membangun Batavia, kaum Tionghoa sudah menduduki sebelah timur muara Ciliwung. Namun, setelah terjadinya pembantaian Tionghoa di Batavia pada 9 Oktober 1740, orang-orang Tionghoa ditempatkan di kawasan Glodok dekat Museum Fatahillah dengan maksud agar mudah diawasi.

Kaum Tionghoa juga banyak yang tinggal di pedesaan pelosok Tangerang di luar Pecinan, di Pasar Lama dan Pasar Baru. Pengamat budaya peranakan Tionghoa David Kwa memberi sebutan untuk mereka yang tinggal di luar Pasar Lama dan Pasar Baru sebagai Cina Benteng. Kian tahun jumlah penduduk Tionghoa meningkat, begitu akrabnya kaum Tionghoa dengan Jakarta menimbulkan akulturasi kebudayaan dengan budaya Betawi setempat.

Related Posts
1 daripada 41

Dahulu, hari raya Imlek juga dirayakan dengan sukacita oleh masyarakat Betawi. Tahun 1950-an, masyarakat Betawi tak pernah absen dalam acara arak-arakan keliling setelah menggotong Toa Pekong.

Dalam arak-arakan ini, orang-orang Betawi datang ke kelenteng-kelenteng pada pukul 4 sore dan semalaman suntuk terus memainkan musik gambang kromong dan tanjidor. Sebagian besar dari mereka datang dari Bekasi dan Tangerang. Kedatangan pemusik orang Betawi yang menyanyikan lagu Betawi dan memainkan pantun ini turut menghibur orang-orang Cina di tahun baru. Pemusik tersebut juga menghibur ke toko-toko orang Cina dan mendapat angpao sebagai imbalannya.

Bersamaan dengan rombongan pemusik Betawi, ada pula penari cokek (wanita penghibur). Cokek boleh dimainkan oleh wanita dari suku manapun tapi harus muda, cantik, dan memakai baju kebaya. Wanita tersebut mengajak para penonton pesta untuk ikut menari dengan mengalungkan selendangnya kepada orang-orang. Bahkan, cokek pun diberi saweran oleh penonton.

Kira-kira kemeriahan suasana Imlek pada masa Betawi tempo dulu tergambar jelas dari Novel Remy Silado yang berjudul ‘Ca-Bau-Kan’. Masyarakat pribumi dan keturunan berbaur, suka cita menyambut tahun baru Imlek.

Tinggalkan komen