Take a fresh look at your lifestyle.

Cegah Bunuh Diri, Facebook Rilis Fitur Baru

0 895

Fitur Baru FacebookJakartakita.com – Akhir-akhir ini mulai marak pelaku bunuh diri yang terlebih dahulu mengirimkan sinyal untuk bunuh diri di media sosial seperti facebook.  Pada tahun 2010, seorang pria bernama Simone Back yang berusia 42 tahunmenulis pesan akhir di Facebook tepat di Hari Natal pada pukul 22.53, “Took all my pills be dead soon bye bye everyone”

Tapi sepertinya pedih bagi Simone Back, karena alih-alih mengkhawatirkannya, beberapa dari 1.048 temannya di FB justru bersikap acuh tak acuh dan menudingnya hanya seorang pembohong yang sedang mencari sensasi.

Ada sejumlah teman Simone Back di luar negeri yang tanggap dan segera menghubungi nomor telepon darurat untuk membantu Back. Namun, semuanya terlambat. Back ditemukan sudah tewas 17 jam, saat polisi mendobrak pintu flat-nya di Montague Street, Brighton, Back sudah tewas.

Lain lagi dengan kisah Claire Lin, wanita berusia 31 tahun dari Taiwan. Claire mengungkapkan keinginannya untuk bunuh diri melalui Facebook saat sang pacar yang dinantinya tidak datang di hari ulang tahunnya.

Beberapa temannya sempat memintanya untuk mengurungkan niatnya namun taka da yang berinisiatif untuk menghubungi polisi. Hingga akhirnya Claire ditemukan tewas akibat menghirup asap beracun dari pembakaran arang. Claire pun sempat memposting status terakhir sebelum akhirnya meninggal.

“Too late. My room is filled with fumes. I just posted another picture. Even while I’m dying, I still want FB (Facebook). Must be FB poison. Haha.”

Related Posts
1 daripada 267

Itu adalah sebagian contoh dari sekian banyak kasus bunuh diri yang dilakukan setelah mengirim sinyal di Facebook. Melihat maraknya kasus bunuh diri para pengguna Facebook yang depresi, Facebook merilis fitur baru untuk pencegahan bunuh diri. Lebih tepatnya, fitur ini membantu pengguna yang khawatir atas kondisi teman, keluarga, atau kerabat yang dianggap berpotensi mengakhiri hidup.

Lalu bagaimana mekanisme kerja fitur teranyar ini?

Di zaman serba modern, ikatan manusia dengan internet terbilang kuat. Beberapa tipe manusia bahkan lebih leluasa meluapkan isi hatinya di dunia maya, misalnya melalui jejaring sosial semacam Facebook.

Untuk itu, jika ada kerabat yang mengunggah hal-hal bernuansa “galau” hingga mengarah ke pikiran untuk bunuh diri, pengguna dapat melaporkan unggahan-unggahan tersebut ke tim Facebook melalui fitur pencegahan bunuh diri. Akan ada tim khusus yang bekerja 24 jam untuk mengkaji laporan-laporan yang masuk. Kemudian, tim tersebut yang akan membantu dengan pendekatan psikologi.

Saat pengguna yang berniat bunuh diri masuk atau log-in kembali ke Facebook, pesan khusus akan tertera di layar perangkatnya. Pengguna dapat memilih untuk mencurahkan isi hati atau “curhat” kepada seseorang. Bisa juga pengguna memilih untuk diberi tips agar tak berlarut-larut dalam kesedihan.

Teman yang melapor juga diakomodir untuk menghubungi kerabatnya yang berniat bunuh diri, menghimpun dukungan dari pengguna-pengguna lain, atau berbincang dengan pakar bunuh diri. Bagaimanapun, ada kemungkinan peningkatan stres bagi pengguna yang tahu bahwa kerabatnya berniat bunuh diri.

Dalam menggodok fitur ini, Facebook bekerjasama dengan organisasi-organisasi kesehatan mental seperti Forefront, Now Matters Now, the National Suicide Prevention Lifeline, dan Save.org. Sayangnya fitur ini baru bisa digunakan di Amerika Serikat.

Tinggalkan komen