IPB Murnikan Protease Mengkudu Demi Pasar Enzim Dunia
Jakartakita.com, Bogor– Selama ini buah dan daun mengkudu dikenal memiliki banyak khasiat untuk pengobatan herbal. Bahkan, mengkudu sangat populer di kawasan Asia Tengga, Kepulauan Pasifik, dan Karibia, termasuk salah satunya Indonesia. Penggunaan buah tersebut secara tradisional, antara lain; untuk obat cacing, luka, abses, sariawan, sakit gigi, memar, rematik, infeksi mulut dan gusi, sakit perut dan hipertensi.
Penggunaan mengkudu secara tradisional sebagai obat luka, besar kemungkinan salah satunya disebabkan karena adanya aktivitas enzim protease dalam buah tersebut. Enzim protease secara khusus berperan dalam pengaturan pendewasaan sel, perbanyak sel, serta sintesis dan pergantian kolagen dalam proses penyembuhan luka pada kulit.
Oleh karena itu tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan pemurnian protease dari buah dan daun mengkudu. Mengingat setiap tahunnya ada peningkatan permintaan enzim sebanyak 6,3 persen. Sedangkan pasar enzim dari tumbuhan pada tahun 2008 menempati 5 persen dari total pangsa enzim dunia. Jumlah ini terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat muslim untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan enzim dari hewan yang diharamkan di dalam Islam. Ini berarti butuh banyak sekali enzim dari tumbuhan seperti mengkudu.
Sebenarnya riset pemurnian protease buah dan daun mengkudu telah dipublikasikan dalam Jurnal Teknologi dan Industri Pangan tahun 2011 lalu dengan judul Pemurnian Protease dari Buah dan Daun Mengkudu. Penelitian yang melibatkan tim IPB yang terdiri dari empat orang yakni Dwi Ishartani, Elfi, Nuri Andarwulan, dan Dahrul Syah, menemukan bahwa ada pengaruh umur buah dan daun terhadap aktivitas protease dalam mengkudu.
Ekstrak kasar protease dari buah berwarna kuning kehijauan (TK2) yakni 3,79 U/mg protein memiliki spesifikasi paling tinggi. Protease dari ekstrak kasar buah TK2, daun pucuk dan daun pangkal lebih potensial untuk diambil secara komersial sedangkan protease dari ekstrak kasar buah berwarna putih kuning ( TK4) lebih potensial untuk keperluan analisis.