Pendaki ke Merapi Selama Liburan Paskah Meningkat Tiga Kali Lipat
Jakartakita.com – Mendaki gunung bisa menjadi alternatif dalam mengisi waktu libur, seperti libur Paskah kemarin (Jumat-Minggu). Namun, apa jadinya jika yang didaki adalah gunung berapi yang masih aktif, seperti Gunung Merapi, di Jawa Tengah?
LKBN Antara, Senin (6/4/2015) melaporkan, jumlah pendaki ke puncak Gunung Merapi melalui jalur Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, di masa liburan Paskah mencapai seribuan orang.
“Jumlah tersebut, meningkat tiga kali lipat dibanding pekan sebelumnya yang rata-rata sekitar 300 orang,” kata anggota Tim SAR Barameru Lencoh Boyolali, Samsuri, di Boyolali.
Samsuri yang juga sebagai petugas retribusi wisata pendakian Merapi dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) di Dukuh Plalangan Boyolali menuturkan, para pendaki datang dari berbagai daerah di Indonesia antara lain, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Surabaya, Bandung, Jakarta, Banten, Semarang, Yogyakarta, dan Solo.
Bahkan, beberapa pendaki ada dari wisatawan luar negeri seperti Jepang, dan Prancis untuk melihat indahnya pemandangan pegunung di puncak Merapi.
Menurut Samsuri para pendaki mayoritas bersama kelompoknya, dan mereka sebagian besar membawa peralatan komplit seperti tenda dan perlengkapan kebutuhan untuk pendakian termasuk perbekalan.
Menyinggung soal pendaki dari luar Jawa, Samsuri menjelaskan mereka rasa ingin tahu ingin kondisi puncak Gunung Merapi yang teraktif di dunia itu.
Menurut dia, sejak dibuka untuk oleh Kantor BTNGM, per tanggal 16 Maret lalu hingga sekarang, tercatat jumlah pendaki Gunung Merapi sudah mencapai sekitar 5.000 orang.
Para pendaki biasanya mulai berangkat ke puncak Merapi pada malam hari, dan mereka kebanyakan bermalam di Pos Dua setelah hari menjelang pagi melihat matahari terbit dan keindahan pemandangan alam pegunungan.
“Pendaki sebelum melakukan pendakian ditarik retribusi Rp15.000 per orang hari biasa, dan Rp17.500/orang hari libur,” katanya.