Wow, Pesawat N-219 Buatan Indonesia Banjir Pesanan
Jakartakita.com -Saat ini PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sedang memproduksi pesawat mini jenis N-219. Pesawat dengan kapasitas 19 penumpang yang khusus untuk transportasi antarkota dengan jarak tempuh 200 kilometer tersebut akan diproduksi masal tahun depan.
Meski baru akan diproduksi masal tahun depan. Ternyata pesawat ini sudah kebanjiran pesanan. Rencananya, tahap awal ‘adek’ pesawat kebanggaan Indonesia N-250 ini bakal diproduksi sebanyak 200 unit pesawat sesuai pesanan.
Sriwijaya Air, Trigana Air, dan Susi Air adalah sejumlah maskapai penerbangan yang memesan pesawat perintis ini. Pesawat ini memang cocok sebagai alat transportasi antar pulau kecil. Karena tidak membutuhkan landasan panjang hanya 550 meter saja.
Meski 60 persen dari komponennya adalah buatan lokal dan dirakit di Indonesia. Kualitas pesawat ini tidak jauh beda dengan pesawat luar negeri. Bahkan sejumlah negara sudah memesannya.
Perlu diketahui PT DI menandai kebangkitan kembali industri pesawat terbang Indonesia, setelah sebelumnya mati suri. Sejak Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang ditutup paksa oleh IMF, maka jiwanya digantikan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI), berusaha untuk bangkit kembali.
PT. Dirgantara Indonesia (nama bahasa Inggris: Indonesian Aerospace Inc.) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara.
Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Di didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.
IPTN telah menelurkan pesawat buatan Indonesia pertama yaitu pesawat N250advanced turboprop, berteknologi fly by wireuntuk 50-70 penumpang. Pesawat ini merupakan karya putra-putri Indonesia dengan Chief Designer Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, yang melaksanakan penerbangan perdananya pada tanggal 10 Agustus 1995 sebagai persembahan tahun emas Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pesawat N250 ini telah pernah terbang hingga ke Paris Airshow, dan memiliki akumulasi jam terbang 800 jam, sebelum program pengembangan pesawat N250 dihentikan oleh Letter of Intent IMF pada masa krisis ekonomi Asia tahun 1997.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kini bangkit kembali, untuk membuat pesawat berbadan kecil dan dapat mengudara dalam jarak yang pendek. Hal ini difokuskan karena di Indonesia, ada 715 airport dan airfield, namun 72 persen runaway-nya hanya memiliki panjang di bawah 800 meter. Sedangkan untuk penerbangan perintis terdapat 118 rute di 14 provinsi dengan 89 bandara. Ini berarti pesawat N-219 punya pasar yang sangat besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.