Nasib 300 Pengungsi Rohingya Tak Diketahui Rimbanya
Jakartakita.com – Kekhawatiran muncul pada Selasa (19/5/2015) terhadapa keberadaan ratusan pengungsi Rohingya yang berada di perahu yang terapung antara perairan Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Selama lebih dari 60 jam, keberadaan mereka tidak diketahui.
Sekitar 300 pria, wanita, dan anak-anak yang ditemukan terapung di lautan pada Kamis lalu telah mendapatkan bantuan dari Angkatan Laut Thailand. Pihak militer telah memperbaiki mesin dan memberikan suplai makanan, air, dan obat-obatan sebelum kemudian mengawal kapal ke perairan internasional pada Sabtu (16/5/2015). Namun, keberadaan perahu tersebut setelah itu sampai saat ini tidak diketahui rimbanya.
“Kami tidak memiliki informasi apapun tentang perahu itu saat ini,” kata pejabat Angkatan Laut Thailand, Veerapong Nakprasit, kepada AFP pada Selasa pagi. Pihak Indonesia dan Malaysia, menurut AFP, telah menolak untuk mengomentari status kapal tersebut.
Chris Lewa dari The Arakan Project, sebuah kelompok hak asasi manusia yang memontor kondisi pengungsi Rohingya, mengatakan timnya terakhir melakukan kontak dengan kapal pengungsi melalui telepon pada Sabtu malam. Sejak itu, hubungan telekomunikasi lewat ponsel tidak terhubung lagi.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Mereka telah mengatakan kepada kami bahwa para pria telah mengambil semua makanan yang ada dan para wanita hanya mendapatkan potongan kecil yang tersisa. Itu hal terakhir yang kami dengar dari mereka,” kata Lewa.
Pengungsi yang berada di kapal lain yang terdampar di Indonesia Jumat lalu mengatakan sedikitnya 100 orang telah tewas akibat kurangnya perbekalan.
“Para pengungsi telah berada di laut selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, tanpa makanan yang cukup atau apapun perawatan medis, dan mereka berada dalam keadaan sangat lemah,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia Human Rights Watch.
Hampir 3.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar telah diselamatkan dari wilayah perairan Indonesia, Malaysia, dan Thailand selama seminggu terakhir. Namun tak semuanya, kapal-kapal pengungsi yang lain diusir kembali ke perairan internasional.