Mobil ‘Sejuta Umat’
Siapa yang tak kenal dengan ‘duo maut’ Avanza-Xenia? Ya, saking populernya merek Multi Purpose Van (MPV) besutan Toyota dan Daihatsu ini membuat keduanya dinobatkan sebagai mobil ‘sejuta umat’. Maklum saja, selama 10 tahun belakangan ini merek tersebut jadi kendaraan wajib bagi keluarga di Indonesia.
Kebetulan, ayah saya salah satu pemilik Avanza berwarna silver. Jangan ditanya mengapa ayah memilih Avanza silver sebagai mobil keluarga! Sama seperti kebanyakan orang memilih Avanza atau Xenia, selain bentuknya yang cukup roomy, cukup kalau dijadikan armada piknik sekeluarga. Harganya pun cukup murah meriah, dengan konsumsi bahan bakar yang super irit dan dijamin tidak bikin kantong bolong. Dan sepertinya Avanza masih dimaklumi kalau ingin menggunakan BBM bersubsidi. Suku cadang? tentu saja teramat mudah ditemukan.
Suatu hari sekitar lima tahun lalu, kebetulan saya menumpang mobil Avanza Silver Ayah untuk pergi ke kantor imigrasi. Sang adek pun bertugas menjadi supir menemani saya bepergian.
Sesampainya di kantor imigrasi, saya pun meminta sang adik untuk menunggu paling lama sejam. Tanpa menunggu persetujuan, saya pun langsung keluar dan masuk ke dalam kantor imigrasi.
Baru setengah jam, urusan saya pun sudah kelar. Saya pun segera menuju parkiran, lokasi terakhir saya turun dari mobil Avanza Silver milik sang ayah sebelum masuk ke dalam kantor imigrasi. Dan saya masih melihat mobil Avanza Silver terparkir di sana.
Tanpa mengecek terlebih dahulu, sayang pun langsung membuka pintu depan dan duduk di samping kursi supir. Bodohnya saya juga tidak memperhatikan siapa lelaki yang duduk di kursi supir. Saya langsung memasang ‘seat belt’ sambil terus nyerocos menceritakan kinerja petugas imigrasi sewaktu di dalam.
“Yuk, kita cus! Langsung ke resto aja, lapar nih”, tangan kanan langsung refleks mau menyalakan musik di perangkat audio visual di dasboard. Saya pun terkesiap saat melihat TV kecil yang biasa mejeng di dasboard raib.
“Loh kok TV-nya hilang?” Saya pun menoleh ke samping kanan.
Saya pun semakin kaget, “loh Anda siapa? Kok bisa-bisanya duduk di situ?”
Bapak-bapak yang saya maki hanya senyum-senyum.
Saya pun semakin senewen, “kok senyum-senyum…?”
Bapak-bapak itu pun langsung tertawa terbahak-bahak, saya pun mulai merasakan ada yang tak beres. Saya pun mulai berpikir janga-jangan saya salah mobil. “Ups!”
Saya pun mulai mengenali kalau mobil Avanza silver yang saya naiki itu bukanlah milik ayah saya. Saya pun melepas seat belt, menoleh malu-malu sambil bilang, “maaf pak…salah masuk”. Sebelum akhirnya saya membuka pintu, loncat dan kabur karena malu. Saya berhenti berlari ketika mendengar suara sang adik, “Ngapain lo mbak?” yang membuka jendela mobil.
Tanpa tedeng aling-aling saya pun segera masuk dan duduk, “huhuhu gua salah masuk mobil. Mana udah gua maki-maki orangnya”.
Huahahahah….kontan adik saya pun tertawa terbahak-bahak.
(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)