Yuk, Intip Sejarah Martabak di Indonesia!
Jakartakita.com – Siapa yang tak kenal dengan martabak? Jajanan yang dahulu hanya ditemukan di gerobak pinggir jalan, kini memang sedang ‘happening’. Tak hanya dijual di pinggir jalan, jajanan ini kini juga sudah masuk mal. Varian rasanya pun sudah dimodifikasi hingga tampak lebih modern.
Di Indonesia, dikenal dua jenis martabak yaitu martabak manis dan martabak telor Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, martabak manis adalah makanan terbuat dr adonan terigu, telur, gula, yg ditaburi bubuk kacang tanah dan cokelat, kemudian dipanggang dan dilipat; Sedangkan definisi martabak telur adalah makanan terbuat dr adonan tepung terigu (untuk lapisan luar) dan adonan telur, daging giling (cincang), dan rempah (untuk bagian isi) yg kemudian digoreng.
Namun tahukah Anda sejarah martabak hingga populer di Indonesia?
Menurut sejumlah literatur, martabak manis atau yang aslinya bernama Hok Lo Pan awalnya adalah Makanan Khas Bangka Belitung. Hok Lo Pan atau Martabak diciptakan oleh orang-orang Hakka ( Khek ) Bangka. Satu-satunya di dunia, makanan orang suku Hakka (khek) yang memakai nama suku Hoklo. Hampir semua orang di kota-kota besar seperti di kota Jakarta mengenal Martabak Bangka, nama aslinya di Bangka adalah Hok Lo Pan (Martabak ). Arti Hurfiah Hok Lo Pan ( Martabak ) adalah Kue Orang Hok Lo.
Hok Lo Pan ( Martabak ) adalah kue yang sangat sederhana, mungkin kalau di Barat, martabak ini mirip pancake. Membuatnya pun sepertinya mudah. Hanya 12 Menit menunggu martabak pun Jadi. Menggunakan tepung terigu, diolesi dengan mentega, ditaburi coklat butir campur kacang tanah dan wijen, atau Keju parut campur wijen, kemudian diberikan susu kental manis, selesai. Ringkasnya seperti itu. Kini, isi dalam martabak manis beragam, dari strawberry, cokelat Toblerone, dan lainnya.
Kurang suka manis? Ada martabak gurih yang disebut martabak telor. Konon, martabak telor ini terpengaruh dari kebudayaan Arab dan India. Sejarah makanan yang dalam bahasa Arab artinya ‘terlipat’ ini juga menarik untuk disimak.
Konon, dahulu ada pemuda keturunan Arab dari Tegal Jawa tengah yang bernama Ahmad bin Abdul Karim berkelana ke kota besar yaitu Semarang untuk berdagang pada tahun 1930. Kemudian beliau bertemu seorang warga India bernama Abdullah bin Hasan al-Malibary yang pandai memasak dan menjadi sahabat.
Suatu ketika Abdullah yang berasal dari India ini diajak kekampung halaman Ahmad dan diperkenalkan dengan saudara perempuannya, dan perkenalan tersebut menghasilkan pernikahan antara keduanya. Abdullah ini juga pandai membuat sebuah masakan yang terbuat dari terigu yang disebut martabak, karena beliau tinggal di Indonesia sehingga membuat kue Martabak yang lebih disesuaikan untuk lidah orang Jawa yang suka memakan sayuran, yaitu martabak yang berisi sayuran yang dicampur dengan bahan lainnya.
Karena makanan ini banyak disukai maka banyak kerabat dan tetangga dari Ahmad sahabatnya dan istrinya yang diajari membuat kue martabak tersebut, bahkan makanan ini juga sering diperkenalkan diberbagai acara diluar kota seperti pasar malam, maupun acara sekatenan di Yogyakarta dan dugderan di Semarang. Dan kini martabak telor pun tak kalah populer dengan martabak manis.