Take a fresh look at your lifestyle.

Mengapa Harus Boikot Starbuck, Bukan yang Lain?

0 5,265

Tiket Pesawat Murah Airy

foto: istimewa
foto: istimewa

Belakangan ini isu LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender) yang sudah menjadi borok sejak zaman Nabi Luth kembali marak.

Tiba-tiba jadi banyak orang yang bahkan belum pernah mencicipi kedai kopi raksasa Starbuck menjadi antipati pada Starbuck. Ramai-ramai orang saling posting dan share betapa bejatnya Starbuck yang sudah mendukung LGBT lewat pernyataan dari sang founder.

Saya pun menggeleng-geleng kepala. Menurut saya ini sedikit menggelikan. Mengapa hanya Starbuck yang dicap mendukung LGBT bukan brand lain?

Baiklah saya beri tahu kalau hampir semua brand terkenal di dunia itu secara eksplisit dan implisit mendukung LGBT.

Ada yang nyata-nyata mengekspos dukungannya padahal mereka hanya sekedar ‘ngemeng’ ke publik mendukung tapi hanya dukung dana sangat kecil bahkan nol. Ada yang secara kasat mata tidak mendukung tapi padahal mereka penyokong dana terbesar.

Bahkan jauh sebelum isu LGBT marak. Unilever, Coca-Cola, produk bayi Johnson&Johnson, P&G, adalah sebagian kecil yang sudah berjuang untuk persamaan hak menikah sesama jenis. Bahkan sumbangan dana mereka tidak kecil. Justru Starbuck termasuk perusahaan yang belakangan ikut-ikutan mendukung LGBT for the sake of business.

Mengapa hampir perusahaan ternama di dunia ikut serta mempromosikan LGBT baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi? Karena LGBT adalah target pasar besar bagi industri.

Namanya juga bisnis, mereka tak peduli siapa yang membeli mereka. Mereka mengabaikan latar belakang agama, preferensi seks dan lainnya. Dan mereka tak segan-segan menggelontorkan dana yang tidak kecil kepada institusi apapun untuk kepentingan promosi dengan dalih CSR.

Karena saat ini isu LGBT sedang top, maka banyak perusahaan besar yang berlomba-lomba menjadi pendukung dan penyokong dana LGBT. Its all about the money dude!

Segala apa yang bisa memberikan profit bagi perusahaan akan dilakoni. Walaupun mungkin sebenarnya di awal bisnis mereka tak terpikir untuk menggarap konsumen tersebut.

Sebagai contoh, jumlah populasi muslim yang kian meningkat di dunia. Membuat perusahaan-perusahaan di dunia berlomba-lomba membuat label halal agar produknya juga bisa dikonsumsi kaum muslim. Bahkan perusahaan fashion besar dunia sebut saja Dolce&Gabana, H&M, Uniqlo dan lain-lain pun berlomba-lomba meluncurkan fashion hijab.

Bagus sekali kalau Anda tidak mendukung LGBT. Saya pun tidak. Namun rasanya kok aneh ya kalau Anda memilih hanya memboikot Starbuck bukan yang lain? Padahal hampir semua brand yang kita kenal mendukung juga.

Related Posts
1 daripada 26

Ok, buat Anda yang masih belum tahu brand mana saja yang aktif mendukung LGBT. Ini sebagian brand yang mendukung LGBT menurut data yang saya punya. Dan saya yakin sebagian besar dari Anda memakainya atau malah bekerja di sini.

  • 3M Co
  • Apple : iPhone, iPad, Mac, iPod
  • Avon (kosmetik)
  • Bristol-Myers Squibb Co (farmasi): daktarin (obat panu), counterpain (obat pegel), tempra (obat panas), dll
  • Cisco (teknologi)
  • Coca Cola
  • Dell inc (PC/laptop)
  • EBay (situs belanja)
  • Ernst & Young LLP
  • Ford (otomotif)
  • Facebook
  • Gap (fashion)
  • GlaxoSmithKline plc : panadol, tetes mata Insto, scotts emulsion, dll
  • Hewlett-Packard (PC/Laptop, printer)
  • IBM (PC/laptop) sekarang produknya Lenovo
  • Instagram
  • Johnson & Johnson (produk bayi): sabun, shampo, bedak, tissue bayi, dll
  • JPMorgan Chase & Co.
  • Kellog (produk cereal): corn flakes, dll
  • Kraft (keju)
  • Levis Straus (denim/jeans)
  • Line
  • Mastercard
  • Microsoft
  • Nike
  • Path
  • Pfizer (farmasi) : obat batuk Benadryl, obat cacing Combantrin, obat tetes mata Visine, obat kumur Listerine, dll
  • P&G: Olay, Pantene, Rejoice, gillette, Downy, Pampers, dll
  • PricewaterhouseCoopers LLP
  • Prudential Financial Inc. (Asuransi)
  • Starbuck
  • Toyota
  • Unilever: surf, rinso, sunsilk, teh sariwangi, dan hampir semua kebutuhan rumah tangga dipasok oleh Unilever.
  • Walt Disney
  • WhatsApp
  • Xerox (fotocopy)

Dan masih banyak lagi. Yakin Anda tidak menggunakan produk tersebut? Asal tahu saja proporsi dukungan mereka banyak yang jauh lebih besar ketimbang Starbuck yang merupakan pendukung baru LGBT.

Lantas mengapa Starbuck yang dicap LGBT? Siapa tahu ini bagian dari konspirasi persaingan bisnis kedai kopi yang kini sedang menjamur.

Dalam kompetisi bisnis, tak mengenal belas kasih. Siapapun akan berjuang mati-matian mempertahankan imperium bisnisnya walau harus menjegal kompetitor.

Anda yang saat ini anti LGBT dan gencar memprovokasi untuk tidak mengonsumsi Starbuck. Yakin di rumah Anda tidak pakai Rinso? Anda tidak googling? Komputer Anda tidak pakai sistem Microsoft, Dell, HP? Yakin Anda bukan pemakai obat panu Daktarin, obat batuk Benadryl atay obat cacing Combantrin? Yakin mobil Anda bukan Toyota? Silet atau pisau cukur Anda bukan Gillette? Kartu debet/kredit Anda tidak ada cap mastercard dan Anda tidak ambil ATM di tempat berlogo Master Card?

Atau jangan-jangan selama ini Anda hidup mencari nafkah di perusahaan tersebut?

Saya angkat topi untuk Anda yang anti Starbuck dan juga aktif menyebar provokasi juga tidak memakai socmed Facebook, WhatsApp, Line, Path, dll yang jelas-jelas mendukung LGBT. Tidak lagi pakai internet, gadget, produk-produk lain yang terkait LGBT. Silahkan kembali ke zaman batu!!!

Saya sama sekali tidak mendukung LGBT. Tetapi saya tidak memusuhi Starbuck dan brand lain yang merupakan suporter LGBT.

Ketimbang menjauhi semua brand yang terkait, lebih baik saya menggunakannya untuk hal positif. Seperti misalkan ikut komunitas One Day on Juz (ODOJ) lewat WhatsApp Group. Aktif menyebar tulisan inspiratif bukan hoax penuh provokasi di socmed dan media lain.

Saya anti LGBT, namun saya mengasihani mereka yang sudah terlanjur terjebak dalam lingkaran itu. Semoga Allah yang Maha Membolak-balikan hati memberikan hidayah untuk mereka sebelum meninggal.

Nah, ini saatnya kita bergandengan-tangan bahu membahu berjuang melawan LGBT dengan cara masing-masing. Bekali keluarga masing-masing dengan fondasi agama yang kuat!

(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)


Tinggalkan komen