Etnis Tionghoa Rayakan Hari Ceng Beng
Jakartakita.com – Warga etnis Tionghoa di Indonesia dan Ibukota Jakarta khususnya, pada bulan April 2016 ini merayakan perayaan Hari Ceng Beng atau Qing Ming, yakni suatu hari ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa.
Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April untuk setiap tahunnya.
Warga Tionghoa, biasanya akan datang ke makam/kuburan orang tua atau leluhur untuk membersihkannya dan sekalian bersembahyang/pai di makam tersebut, sambil membawa buah-buahan, kue-kue, makanan, serta karangan bunga.
Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, agar hubungan semakin erat terjalin.
Lalu kenapa disetiap kubur, dan diatasnya disebarkan/diletakkan kertas perak atau kuning setiap kali selesai dibersihkan?
Seperti dilansir dari laman Tionghoa.info, asal usul perayaan Hari Ceng Beng ini berasal dari cerita rakyat, yang berawal dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M).
Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil, untuk membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang. Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M); sampai akhirnya Beliau menjadi seorang Kaisar. Setelah menjadi Kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Kemudian, untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang Kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, Kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahwa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhur nya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
Selamat merayakan Hari Raya Ceng Beng!