Penakluk Everest Berbagi Cerita di Indofest 2016
Jakartakita.com – Bertempat di Indonesia Festival Outdoor (Indofest), Istora Senayan, Kamis (7/4/2016), workshop dari tim Indonesia 7 Summits, yaitu Iwan Irawan (Kwecheng) dan Nurhuda, dua pendaki Indonesia yang sudah berhasil mendaki Gunung Everest, dilangsungkan.
“Ide dari ini, keprihatinan kita melihat organisasi kita ada anggota kita membersihkan krampun, dan saat itu bangsa Indonesia tidak ada prestasi yang dibanggakan padahal ada ribuan pecinta alam. Ekspedisi ini terjadi di 2009,” kata Kwecheng.
“Berkumpul di Cibodas, kami pemula pengen merangkul yang senior untuk mem-backup tenaga kami, meminta izin untuk melakukan ekspedisi 7 Summits. Merekrut komunitas Budaya Gema Bandung, dan tidak lupa cek medis di Unpad karena kita hidup di daerah tropis,” imbuhnya.
“Gunung tertinggi yang aku daki pada saat itu Gunung Gede Pangrango. Saya di 7 Summits ini menjadi teknisi, berkutat dengan masalah study literasinya, persiapan, dan perlengkapannya seperti apa di setiap gunung. Jadi sebelum ke sana, kita seperti sudah merasakan pernah ke sana. Belajar dari melihat, karena serial gunung punya potensi bahaya masing-masing,” ungkap Huda.
Ekpedisi ini memakan waktu 2,5 tahun. Huda sendiri yang waktu itu masih berstatus mahasiswa meninggalkan dunia perkuliahan dan akhirnya di Drop Out oleh kampusnya. Sedangkan Kwecheng menunda pernikahannya untuk ekspedisi 7 Summits.
“Sebelum melakukan ekspedisi ini organisasi kami merekrut dengan sistem seleksi alam orang-orang yang memang peduli prestasi bangsa, tapi tidak gampang saat mendapatkan mereka,” terang Kwecheng.
“Ekspedisi ini tidak hanya naik gunung, kami menyaksikan efek global warming sebuah isu yang diangkat untuk sponsor. Dana mencapai Rp 12 miliar, tapi setelah melaksanakan selama 2,5 tahun hanya mengeluarkan Rp 10 miliar. Sebelum mendaki gunung Everest, h-2 minggu kita belum ada dana. Ada 6 anggota yang melakukan ekpedisi ini yaitu, Ardeshir, Iwan, Martin, Fajri, Nurhuda, dan Gira,” ungkap Kwecheng lebih lanjut.
Ada tujuh gunung yang didaki oleh tim 7 Summits. Gunung pertama yang didaki adalah Gunung Cartensz Pyramid atau Puncak Jaya di Papua, yang dijadikan sebagai spot awal untuk belajar menstimulisasikan badan, dengan ketinggian 4884 mdpl. Gunung ini merupakan gunung terendah dari ke-enam gunung lain, tapi untuk mencapai puncak medan yang dilalui dengan memanjat sepanjang 600 meter dengan level oksigen 56% di kawasan puncak.
Kedua adalah Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika. Gunung ini lebih mudah untuk didaki, dengan ketinggian 5892 mdpl. “Saking mudahnya, banyak sekali orang ditandu. Naik gunung di ketinggian itu pelan-pelan, jangan emosi juga,” imbuh Kwecheng. Di Kilimanjaro, harus menggunakan guide lokal. Bahkan di ketinggian 4000 meter, kita masih bisa tidur di kasur.
Ketiga, Gunung Elbrus, Rusia di Eropa. Ketinggian 5642 mdpl, pendakian gunung es pertama bagi tim. Di sana mereka sering kena badai salju. Tadinya tim akan mengibarkan bendera Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Tapi gara-gara badai, jarak pandangan sudah sangat rendah, akhirnya harus turun, dan mendaki lagi tanggal 19 Agustus untuk mengibarkan bendera.
Selanjutnya adalah Gunung Aconcagua, Argentina, Amerika Selatan, dimana ada dua pendaki yang meninggal saat itu. Yang kelima adalah Gunung Denali, suhu terdingin di dunia mencapai minus 50 derajat Celcius di siang hari, tidak ada porter seluruh perbekalan yang beratnya mencapai 70 kg dibawa sendiri. Di camp terakhir dalam sleeping bag juga beku air minumnya.
Yang ke-enam adalah Gunung Vinson Masif, Antartika. Kendala brutal, matahari berlangsung lama, pas tahun baru 31 Desember, tidak ada malam merayakan tahun baru karena hanya ada matahari yang terang, dekat antartika. Di sini pengawasana sangat ketat, ada sistem blacklist, jika ada yang melanggar suatu negara akan diblacklist. Untuk buang air pun tidak sembarangan, harus dibawa naik dan dibawa turun.
Pada akhirnya dilakukan pendakian di Everest, Nepal. Ketinggian dengan istilah “Death Zone”. “Kita latihan untuk Everest, dengan mendaki di gunung-gunung sebelumnya. Dari sisi Tibet, aklimatisasi ketinggian 500 meter baru masuk basecamp. Banyak yang gagal karena aklimatisasi dengan mobil,” jelas Kwecheng. Tapi akhirnya tim 7 Summits pun berhasil menaklukkan Everest. (Indah Purwati)