Sampoerna Menyambut Baik Laporan Human Rights Watch
Jakartakita.com – PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menyambut baik laporan Human Rights Watch (HRW) yang berjudul, “The Tobacco Harvest is in My Blood: Hazardous Child Labor in Tobacco-Growing in Indonesia,” yang menelusuri anak-anak yang terpapar pekerjaan berbahaya dalam pertanian tembakau, terutama di pertanian kecil keluarga yang dimiliki oleh petani di Indonesia.
Dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamis (26/5/2016), Sustainability Officer Philip Morris International (PMI, induk perusahaan Sampoerna), Miguel Coleta, mengomentari laporan tersebut.
“Kami termotivasi karena keterbukaan kami diakui oleh HRW, yaitu dalam melakukan berbagai upaya untuk menangani dan menyikapi pekerjaan pertanian berbahaya bagi anak-anak dalam pertanian tembakau di Indonesia,” katanya.
Ditambahkan, “Program Agricultural Labor Practices (ALP) kami, sudah menunjukkan perkembangan yang nyata dalam upaya menghapus pekerja anak di semua pertanian tempat kami membeli tembakau. Meskipun begitu, kami setuju dengan HRW bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan. Walau kami melihat insiden pekerja anak telah berkurang secara signifikan di daerah-daerah tempat kami menjalankan program ini, kami sadar bahwa kami tidak mungkin dapat melakukan hal ini sendirian.”
Sementara itu, menurut Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat, dan ini diakui juga oleh HRW, kebanyakan kasus pekerja anak tidak hanya terjadi di industri tembakau, dan kami terus berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah, para petani, industri serta perusahaan di berbagai sektor, juga LSM, agar mampu membawa perubahaan yang positif dalam perilaku dan praktik budidaya tembakau.
Dalam laporannya, Human Rights Watch juga menyebutkan, “Keterbukaan adalah elemen utama untuk pengujian tuntas hak asasi manusia yang efektif dan kredibel. Di antara banyaknya perusahaan yang kami pelajari, Philip Morris International tampaknya telah melakukan langkah-langkah penting untuk bersikap transparan tentang kebijakan hak asasi manusia dan prosedur pemantauan, termasuk dengan menayangkan laporan perkembangannya di situs web mereka sendiri, sekaligus beberapa laporan terinci dari pemantauan pihak ketiga.”
Melalui siaran pers tersebut, juga diungkapkan, bahwa PMI akan terus bekerja sama dengan partner strategis globalnya untuk ALP serta LSM terkemuka dalam bidang tanggung jawab sosial, Verité.
CEO Interim Verité, Shawn MacDonald, berkomentar sebagai berikut tentang laporan HRW:
“Verité mengapresiasi dan menghargai usaha Human Rights Watch dalam menyorot permasalahan pekerja anak dalam produksi tembakau di Indonesia, serta berkomitmen dalam mendukung PMI dan para afiliasinya untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam menangani masalah penting ini. Penerapan program ALP oleh PMI dan Sampoerna, serta upayanya untuk mengganti cara pembelian tembakau –dari ketergantungan dengan pasar terbuka menuju kontrak langsung dengan petani– menunjukkan langkah-langkah penting menuju arah yang benar,” jelasnya.
“Namun tentu saja masih perlu lebih banyak upaya yang dilakukan, dan kami berharap dapat terus berkolaborasi dengan PMI untuk membantu memastikan bahwa semua program dan kebijakan dilaksanakan seefektif dan sekomprehensif mungkin,” sambungnya.
Sebagai informasi, Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan ada lebih dari 1,5 juta anak berusia 10 hingga 17 tahun yang bekerja dalam sektor pertanian di Indonesia setiap tahunnya.
Adapun Kementerian Ketenagakerjaan memperkirakan bahwa kurang lebih 400.000 anak secara nasional terlibat sebagai pekerja anak dalam sektor perikanan dan pertanian.