Ini Tantangan Value Creation Holding BUMN 2017
Jakartakita.com – BUMN menjadi motor utama percepatan pembangunan era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Namun, banyak perusahaan BUMN mengalami kendala keuangan dan pengembangan.
Secara agregat, hal itu terlihat dari penurunan indikator kontribusi BUMN terhadap Produk Domestik Bruto. Rasio total aset perusahaan BUMN terhadap PDB Nominal menurun dari 44,9 persen (2014) menjadi 42,8 persen (2015). Rasio pendapatan perusahaan BUMN terhadap PDB Nominal menurun dari 10,7 persen (2015) menjadi 10.3 persen (2014). Demikian pula laba bersih, mengalami penurunan dari 1,5 persen (2014) menjadi 1,0 persen (2015). Sementara Capex BUMN juga terlihat cenderung stagnan di tingkat 2,3 persen di tahun 2016.
Jika membandingkan dengan kinerja BUMN Malaysia, indikator finansial menunjukkan kontribusi Temasek dan Khazanah kepada PDB Nominal masing-masing terus meningkat.
Berdasarkan studi Lembaga Management UI (LMUI) 2015 tentang perbandingan kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan tahun 2014, maka kinerja Super Holding Company (SHC) Temasek dan Khazanah (di luar Petronas) lebih superior dibandingkan 20 perusahaan BUMN Indonesia yang sudah go public (Tbk).
Managing Director LMUI, Toto Pranoto mengatakan, secara absolut total pendapatan Temasek mencapai US$ 61 milyar dan Khazanah sekitar US$ 2,26 milyar, sementara 20 BUMN Tbk. sekitar US$ 39 milyar. Namun, dilihat dari indikator profit margin Temasek mencapai 19,48% dan Khazanah pada angka 40.4%, sementara 20 BUMN Tbk hanya 15,57%.
“Apabila analisa diperdalam pada 9 kelompok industri, BUMN Indonesia relatif bersaing hanya pada kelompok transportasi kereta api dan telekomunikasi. Sementara pada bisnis perbankan, perkebunan, properti, energi, transportasi udara, pengelola bandara, maka kinerja BUMN Indonesia relatif kalah bersaing dibandingkan Temasek dan Khazanah,” papar Toto, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Secara kelembagaan, lanjut dia, BUMN di Indonesia dikendalikan oleh Kementrian BUMN, sementara Temasek dan Khazanah merupakan SHC yang dikelola otonom.
Group perusahaan yang bergabung di Khazanah adalah yang bersifat profit oriented. Sistem tata kelola diatur ketat dimana CEO Khazanah bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri, sementara di Temasek keputusan vital di group terutama terkait penempatan posisi strategis harus mendapat persetujuan Presiden.
Secara umum, sambung Toto, dapat dikatakan Holding Company Temasek dan Khazanah bekerja secara otonom, independen dan menjalankan GCG secara tegas dan konsisten.
Realitas saat ini, hampir 25 besar BUMN (top 25) menghasilkan pendapatan konsolidasi 90% dari seluruh total pendapatan BUMN (119 BUMN). Sementara kerumitan dalam melakukan corporate actions relatif hampir sama, tidak memandang size dari BUMN. Artinya, Pemerintah cukup mengelola Top 25 secara fokus, mengendalikan mereka dalam beberapa holding company, sehingga harapan untuk meningkatkan kinerja BUMN bersaing dengan Temasek dan Khazanah bisa terwujud.
Sementara itu, Deputi Kementerian BUMN, Aloysius Klik Ro mengungkapkan, pengembangan entitas bisnis BUMN yang konsisten dapat menjadikan BUMN menjadi perusahaan papan atas dunia.
Dari 500 perusahaan ternama dunia pada tahun 2005, terdapat sekitar 9 persen berstatus sebagai perusahaan BUMN. Pada 2014, jumlah BUMN yang bertengger di perusahaan ternama dunia menjadi sebesar 23 persen. Sebesar 15 persen dari BUMN papan atas tersebut merupakan BUMN dari negara China.
Lebih jauh Aloysius mengatakan, Indonesia hingga saat ini telah berupaya melakukan pengembangan pengelolaan BUMN sesuai sektoral bisnisnya. Meskipun, harus diakui masih terdapat berbagai hambatan yang dihadapi.
Terdapat 6 (enam) hambatan dalam pengembangan BUMN yang selama ini mengemuka, yaitu permasalahan sinergi; kapabilitas dan kapasitas; pengelolaan rantai nilai dan hilirisasi yang belum menyeluruh; mindset yang masih bersifat birokrasi dan jangka pendek; distribusi usaha yang belum merata dan persaingan usaha; serta adanya masalah dalam regulasi, komunikasi dan informasi yang belum baik.
“Tahun depan akan dibuat pengembangan holding baru pada sektor migas, pertambangan, perbankan dan jasa keuangan, holding konstruksi dan jalan tol, serta holding perumahan dan holding pangan,” jelas Aloysius.
Adapun Chief Economist Bank Mandiri Anton H. Gunawan mengatakan, dari sisi perbankan penting adanya penguatan permodalan dalam pengembangan BUMN.
Bank Mandiri sebagai salah satu Bank BUMN berupaya menekan cost of fund supaya daya dukung bank terhadap pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat mengalami peningkatan.
Sebagai suatu perbandingan, BUMN di Malaysia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan setiap tahunnya setelah dilaksanakan program transformasi pada 2014. Program ini dibagi menjadi empat fase, yang secara keseluruhan selesai pada Agustus 2015.
Sementara itu, Ahmad Zulqarnain Onn Executif Director, Investment, and Head of Strategic Management Unit of Khazanah Group mengatakan, bahwa selama 10 tahun tersebut rata-rata return shareholder setiap tahunnya sebesar 11,1 persen. Namun, yang paling penting selama transformasi berlangsung, adalah penguatan pembangunan karakter bangsa (national character building).
“Penguatan di dalam perusahaan itu syarat mutlak. Tetapi tetap, pengembangan yang menentukan capaian bisnis adalah meraup pasar. Penguatan pasar juga beriringan dengan risiko pasar. Inilah yang harus disikapi dengan bijak,” tutur Zulqarnain.
Dari berbagai pandangan mengenai pengembangan BUMN, hal yang tidak kalah penting dilakukan oleh BUMN yang lebih baik adalah keterbukaan informasi.
Hal ini dimaksudkan supaya kinerja dan capaian dapat dinilai langsung oleh masyarakat. Sehingga, kepercayaan publik terhadap BUMN dapat memberikan stimulasi positif di pasar.