PT Charoen Pokphand Indonesia Mengedukasi Petani Jagung Terkait Pengelolaan Pasca Panen
Jakartakita.com – Salah satu program kerja PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) di awal tahun 2017, yaitu mengedukasi petani jagung terkait pengelolaan pasca panen agar harga jagung lebih maksimal sekaligus memberikan penjelasan terkait skema jika ingin menjadi supplier langsung ke CPI.
Perseroan berharap, edukasi kepada petani jagung tersebut, dapat turut berkontribusi terhadap peningkatan taraf kesejahteraan petani jagung di Indonesia serta mengoptimalkan prognosa perseroan atas komoditas tersebut.
“CPI mengedukasi para petani, seperti; jagung-jagung seperti apa yang bisa diterima dengan harga tinggi, kadar airnya berapa persen dan kualitas jagung seperti apa yang diinginkan,” ujar Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event CPI dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamis (09/2/2017).
Di bulan Februari ini, jelas Santo, CPI melakukan edukasi kepada kelompok tani komoditas jagung di wilayah Medan & Makasar, namun tidak terlepas kemungkinan akan dilakukan pula di kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia.
Adapun hal tersebut dimaksudkan agar lebih menggairahkan petani dalam berproduksi sehingga pola penanaman jagung bisa bersifat berkelanjutan dan produktif.
“Acuannya nilai tukar petani bisa lebih meningkat. Dan yang tidak kalah penting untuk diketahui petani, adalah, tidak ada pungutan jika ingin memasok secara langsung ke CPI, karena yang diprioritaskan adalah kualitas,” terang dia.
Menurut Santo, produsen pakan ternak PT Charoen Pokphand Indonesia, berkomitmen menyerap hasil panen secara langsung dari petani sesuai dengan patokan harga referensi pemerintah.
“Penyerapan jagung lokal tersebut diharapkan bisa lebih memudahkan petani menjual hasil produksi serta mendapatkan harga beli yang lebih tinggi,” jelasnya lagi.
Ditambahkan, CPI mendorong kesejahteraan petani lokal dengan memberikan harga beli yang baik, mengedukasi petani untuk menghasilkan jagung berkualitas yang berstandar nasional dan memudahkan segala proses jual beli yang transparan dan bebas pungutan liar (pungli).
Sebagai contoh untuk wilayah Sumbagut, Saat ini tingkat kebutuhan jagung untuk konsumsi pakan ternak mencapai 1.200.000 ton per tahun. CPI mampu menyerap jagung mencapai 800 sampai 1.000 ton per hari.
“Stok akan aman andai sedang panen raya, CPI tidak hawatir akan ketersediaan jagung,” ujarnya.
Lebih lanjut diungkapkan, kebijakan pemerintah yang menstop 40 persen impor jagung memiliki keuntungan bagi petani jagung. Dengan stop impor jagung, petani jagung diharapkan bisa lebih bergairah menanam jagung karena harga jual yang tinggi. Namun, disisi lainnya, apabila pemerintah tidak segera merealisasikan penambahan lahan baru untuk penanaman jagung, ketersediaan jagung secara nasional akan terganggu.
“CPI melihat ini sebagai sesuatu yang baik dan CPI mencoba mendorong program pemerintah dengan memberikan pasar yang luas bagi petani jagung untuk menjual hasil panen jagungnya,” tandas Santo.