Survei : Merek Global Ungguli Persaingan di Hati dan Benak Konsumen
Preferensi terhadap negara asal menjungkir balikan merek lokal
Jakartakita.com – Laporan tahunan Nielsen Global Brand-Origin yang dirilis baru-baru ini menyebutkan, konsumen di seluruh dunia menunjukkan preferensi yang semakin meningkat untuk merek global daripada produk manufaktur lokal.
Laporan tersebut juga menyoroti preferensi dan sentimen konsumen terhadap produk yang diproduksi oleh produsen lokal versus merek global/multinasional besar di 34 kategori.
Dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamsi (07/12/20170 disebutkan bahwa preferensi untuk merek global terkuat adalah untuk kategori tisu/popok bayi dan makanan bayi/susu formula, dimana masing-masinghanya 7% dan 10% konsumen yang mengatakan bahwa mereka lebih suka membeli merek dari produsen lokal.
Kategori lain di mana konsumen menunjukkan preferensi rendah untuk merek lokal termasuk vitamin/suplemen (12% lebih memilih lokal), makanan hewani (12%), produk perawatan wanita (13%), minuman energi/minuman olahraga (14%), dan produk makanan kemasan/kalengan (15%).
Sebaliknya, kategori di mana konsumen lebih cenderung memilih produk buatan lokal melalui merek global termasuk produk makanan/minuman berbasis susu (54%), biskuit/keripik/kue kering / kue kering (32%), es krim (31%) dan air mineral/kemasan (30%).
Adapun kategori-kategori yang paling terlihat berubah dalam preferensi dari merek lokal dibandingkan survei sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2015 meliputi air mineral/kemasan (turun 22 poin persentase [pps] menjadi 30%), mie instan (turun 21 pps sampai 21%), produk perawatan mulut (turun 15 pps sampai 18%), produk binatu (turun 13 pps sampai 21%), makanan hewan (turun 13 pps sampai 12%), minuman ringan berkarbonasi (turun 12 pps sampai 18%) dan tisu/popok bayi (turun 11 pps sampai 7%).
Kategori perawatan rambut (18%), alkohol (16%) dan makanan bayi/formula (10%) semuanya kategori menunjukkan penurunan sampai di angka 10 pp dalam preferensi merek lokal sejak tahun 2015.
“Di dunia hiper-konektivitas dan globalisasi saat ini, konsumen memiliki pilihan produk yang lebih luas daripada sebelumnya,” kata Regan Leggett, Head of Foresight and Thought Leadership, Growth Markets Nielsen.
“Yang penting, konsumen juga memiliki akses lebih besar terhadap merek global daripada sebelumnya, berkat faktor-faktor seperti perluasan distribusi, penawaran e-commerce, dan jalur ritel perdagangan modern. Akibatnya, kita melihat terjadi perubahan dalam preferensi terhadap perusahaan multinasional besar,” sambungnya.
Ditambahkan, faktor lain yang berpengaruh termasuk persepsi konsumen seputar kualitas, terutama dalam kategori yang membutuhkan keterlibatan tinggi seperti perawatan bayi.
Sementara itu, pada tingkat regional, nuansa pasar terlihat jelas dengan preferensi konsumen untuk merek global versus lokal yang bervariasi secara luas dalam sejumlah kategori.
Untuk kategori makanan dan minuman berbasis susu, preferensi konsumen terhadap merek lokal jauh lebih menonjol di Afrika dan Timur Tengah (73%) dan Eropa (66%) dibandingkan dengan rata-rata global (54%).
Untuk kategori biskuit/keripik/makanan ringan/kue, preferensi konsumen untuk merek lokal lebih dominan di Asia Tenggara (50%), Afrika dan Timur Tengah (41%) dan Amerika Latin (41%) dibandingkan dengan 32% rata-rata di seluruh dunia.
Di Eropa, konsumen cenderung memilih merek alkohol lokal dibandingkan dengan rata-rata global (22% vs 16%), sementara konsumen Asia Tenggara menunjukkan afinitas yang lebih kuat untuk merek mi instan lokal dibandingkan dengan rata-rata global (39% vs 21%).
“Variasi yang ada di berbagai wilayah menggambarkan kekuatan relatif produsen lokal dalam kategori tertentu, terutama di mana mereka menarik selera konsumen lokal,” ujar Leggett menekankan.
“Di Asia Tenggara, misalnya, di mana mie adalah makanan pokok dalam makanan konsumen, produsen lokal dapat mempertahankan bentengnya pada kategori ini. Serupa dengan pasar Eropa dimana produk makanan dan minuman berbasis susu lokal dianggap memiliki kualitas lebih tinggi daripada produk impor,” tuturnya.
Walhasil Leggett menyimpulkan, “Di dunia yang semakin global, pertarungan merek ada untuk memahami kebutuhan, perilaku, gaya hidup dan selera konsumen yang berkembang. Setiap merek, baik lokal maupun global, yang mampu memanfaatkan preferensi konsumen ini akan menjadi pilihan terbaik untuk memenangkan hati dan benak konsumen di masa depan.”