Nielsen : Belanja Iklan Digital di Bulan Agustus 2018 Mencapai Rp 1,3 Triliun
Jakartakita.com – Lembaga riset Nielsen, melalui riset Digital Ad Intel menyebutkan, belanja iklan digital di bulan Agustus 2018 mencapai total Rp 1,3 Triliun dari 200 situs yang dimonitor.
Dari nilai belanja iklan tersebut, jika dilihat komposisi berdasarkan perangkatnya, 53 persen iklan digital ditayangkan di desktop, dan 47 persen melalui perangkat mobile.
Sementara berdasarkan format iklannya, dapat diketahui bahwa 53 persen iklan digital berbentuk Display dan sisanya (47%) dalam bentuk Video.
Dilihat berdasarkan kategori produk pada periode Agustus 2018, kategori Layanan Online yang paling banyak beriklan di media digital dengan total sebesar Rp354 Miliar.
Nilai belanja iklan tersebut atau 29% dari total belanja iklan dari kategori Layanan Online. Disusul dengan kategori Perawatan Rambut Rp105 Miliar dan Minuman Kesehatan dengan total belanja iklan digital sebesar Rp101 Miliar.
Di posisi keempat dan kelima pengiklan terbanyak pada media digital adalah kategori Mobil Pribadi dan kategori Teh/Kopi Siap Minum dengan belanja iklan masing-masing adalah Rp57 Miliar dan Rp43 Miliar.
Dalam siaran pers, Jumat (14/12/2018) diungkapkan, selama bulan Agustus 2018, bertepatan dengan penyelenggaraan Asian Games 2018, Pocari Sweat sebagai salah satu sponsor utama, menjadi merek yang paling banyak beriklan di media digital dengan komposisi format iklan 73 persen dalam bentuk Display dan 27 persen dalam bentuk Video.
Merek pengiklan terbesar lainnya adalah Pantene, dengan strategi yang berlawanan yaitu dengan menempatkan 73% nya ke dalam format iklan Video sementara iklan Display hanya 27%.
Menariknya, tiga pemain industri dari Layanan Online juga masuk dalam jajaran pengiklan terbesar di media digital untuk periode bulan Agustus.
Ketiga merek sama-sama mempunyai proporsi iklan dalam format video lebih banyak dibandingkan dengan display.
Grab di urutan ketiga menempatkan 64% iklan dalam bentuk video dan 36% dalam bentuk iklan display, Bukalapak.com menempatkan 73% pada iklan Video dan 27% pada iklan Display, dan Shopee menempatkan 69% iklan digitalnya dalam bentuk Video dan sisanya iklan Display.
Lebih lanjut disebutkan, kemunculan dan perkembangan media digital, dapat dikatakan melengkapi media konvensional.
Aktivitas mengakses beberapa layar media secara bersamaan (atau disebut dengan dual/triple-screen) setiap harinya kini sudah menjadi kebiasaan konsumen di berbagai generasi.
Berdasarkan studi Nielsen Cross Platform 2018, lebih dari 90% konsumen berusia 16-39 tahun mempunyai kebiasaan menonton TV dan mengakses internet secara bersamaan, kira-kira sepertiga diantaranya melakukan setiap hari.
Bahkan di kalangan konsumen usia 40+, lebih dari 80% diantaranya juga mengakses internet saat menonton TV.
Asal tahu saja, dengan menggunakan teknologi Web Crawler untuk menangkap iklan-iklan digital dan diselaraskan dengan pengkodean dan pengklasifikasian produk seperti yang sudah digunakan di media lain, diantaranya; TV, media cetak, dan radio, Nielsen Digital Ad Intel kini siap diluncurkan di Indonesia.
Setelah sebelumnya telah berjalan di Australia dan New Zealand pada 2014, dan Taiwan di tahun 2017, Indonesia menjadi prioritas pertama di Asia Tenggara dan baru akan menyusul di Singapura, Thailand, Malaysia pada 2019 yang akan datang.
Adapun belanja iklan digital yang dilaporkan oleh Nielsen adalah angka gross, tanpa memperhitungkan diskon, promo, atau harga paket.
Perhitungan dilakukan berdasarkan harga rata-rata CPM industri berdasarkan diskusi dengan Indonesian Digital Association (IDA).
Nielsen Digital Ad Intel memonitor 200 situs teratas yang sudah dikompilasi sesuai dengan kriteria integritas Nielsen di antaranya tidak menyediakan konten pornografi, bisnis ilegal (judi), ataupun materi bajakan.